Benar saja, hujan turun dengan deras, tak lama sejak Mia berlari menjauh dari Mike. Mia terdiam di bawah guyuran hujan, menatap langit yang gelap lantaran hujan turun bersamaan dengan sore yang menghilang. Diam dengan menatap hujan, Mia menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum bersama dengan linang air mata yang bersatu dengan hujan yang membasahi pipi. “Jadi, Tuhan, apa semua sakit ini cukup untuk membuat kebahagiaanku dimulai? Atau aku masih memiliki jatah sakit di masa depan? Aku nggak sekuat itu, Tuhan,” batin Mia, berbisik pada Tuhan yang dipercayainya. Pelukan erat Mia dapat bersamaan dengan suara petir yang tertangkap telinga. “I caught you,” bisik Mike. Mia memejamkan mata, menikmati pelukan erat yang menemaninya akhir-akhir ini. “Mike,” panggil Mia yang ditangkap telinga M

