Rania mengamati dari tempatnya duduk saat perlahan-lahan pesawat yang ditumpanginya turun di malam itu. Ia menghela napas lelah saat mulai menjejakkan kakinya turun dari tangga pesawat. Akhirnya ia tiba juga di bandara Abdul Rachman Saleh. Rasa dingin segera menusuk kulitnya. Hawa kota Malang terasa sangat dingin menusuk kulit. Keluar dari terminal kedatangan di bandara, telah berdiri seorang pria yang membawa papan bertuliskan nama “Karaniya”. Gadis itu menghampiri. Itu adalah jemputan dari penginapan yang telah menunggu malam itu untuk membawanya ke Kota Batu. Dengan hati hampa Rania menaiki mobil dan menyusuri pemandangan malam itu dengan matanya. Sejujurnya rasa sesak itu masih sangat penuh mengisi dadanya. Ia terpaksa memutus asa untuk mencinta Dirga selamanya. Dia juga telah yakin