Part 5

1530 Kata
Setelah memarkirkan mobilnya, Allea berjalan dengan santai sambil bermain handphone. Karena terlalu fokus bermain handphone dan tidak melihat sekitar, Allea sampai tidak sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan di depannya. “Eh maaf,” ucap Allea. Orang itu hanya tersenyum tanpa berkata apa- apa. Kemudian dia langsung pergi meninggalkan Allea yang masih terdiam di tempatnya. “Ganteng banget, ya Tuhan! Ngagk kuat gue lihat senyumnya,” gumam Allea. Selama beberapa detik, Allea masih terdiam di tempatnya sambil memandangi kepergian lelaki itu. Hingga kemudian terdengar suara teriakan Sasha yang berhasil membuyarkan lamunannya. “ALLEA!” teriak Sasha, sambil memukul bahu Allea pelan. “Ngagetin aja ih,” kesal Allea. “Lo ngapain bengong di sini?” tanya Sasha heran. “Gue habis nabrak cogan.” “Hah? Siapa? Terus gimana? Lo gak papa kan? Gak luka kan?” tanya Sasha posesif. “Gue sih gak papa, tapi jantung gue yang bermasalah,” jawab Allea. Sasha mengerutkan keningnya bingung. Dalam hatinya bertanya-tanya, yang ditabrak badannya, tapi kenapa jantungnya yang bermasalah?. “Kok bisa?” tanya Sasha bingung. “Ish. Lemot banget sih jadi orang. Gue deg- degan b**o!” geram Allea, membuat Sasha seketika langsung tersenyum menggoda. “Cieee... Mama muda lagi jatuh cinta nih ceritanya,” goda Sasha sambil mencolek pipi Allea. Tanpa berlama- lama lagi, Allea langsung menarik Sasha menuju kelasnya. Karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih. *** Sudah satu jam mereka menunggu di dalam kelas. Namun Dosen yang akan mengajar mereka belum juga datang. Karena bosan, Allea berniat untuk pergi ke kantin. Tetapi, saat dia baru saja melangkah, dia sudah dihalangi oleh Bani, sang ketua kelas. “Neng, jangan pergi dulu. Habis ini, Dosennya masuk,” ujar Bani, seraya mencekal tangan Allea. Ia sudah hafal dengan kebiasaan Allea ketika tidak ada Dosen, Allea tidak akan betah berlama-lama di kelas jika tidak ada Dosen. Tapi masalahnya, ini adalah jamnya Dosen baru. Jadi, sebisa mungkin mereka harus memberikan kesan yang baik di hari pertamanya. “Gue lapar, Bani! Lagian kalau udah telat satu jam begini, Pak Iwan gak bakalan masuk,” kesal Allea. “Dosennya ganti. Pak Iwan cuti," ucap Bani, membuat mata Allea langsung melotot lebar. “Demi apa? Pak Iwan diganti?” tanya Allea dengan heboh. Bani menganggukkan kepalanya dengan malas. Belum-belum, Allea sudah kegirangan. Padahal bisa saja, Dosen baru itu lebih galak dari pada Pak Iwan. “Aaa... gue seneng banget. Akhirnya terbebas dari tugas Pak botak!” teriak Allea girang. “Lo jangan seneng dulu, Neng. Gimana kalau Dosennya lebih killer coba?” sahut Tania dari arah belakang, yang langsung di angguki oleh teman- temannya. Setelah Allea kembali ke bangkunya, pintu kelas terbuka dan masuklah seorang Dosen yang berperawakan gagah. Dengan memakai setelan jas abu-abu, rambut yang tertata rapi dan jangan lupakan wajahnya yang tampan bak Dewa. Membuat siapapun pasti terpesona melihatnya. Seketika semua Mahasiswa langsung menjerit heboh. Ketika Dosen itu tersenyum tipis ke arah mereka. “OH MY GOD, GUE BUTUH OKSIGEN!” teriak Dea seperti cacing kepanasan. Kelas yang tadinya hening, seketika mendadak jadi ramai. Hanya karena kedatangan seorang Dosen baru yang berparas tampan dan mempesona. “Ehm,” Dosen itu berdehem, membuat semuanya langsung terdiam. “Selamat pagi semuanya,” sapanya. Wajahnya yang dingin dan suaranya yang manly, membuat para wanita semakin terpesona melihatnya. “Perkenalkan, nama saya Angkasa Emilio Grey. Panggil saja, Pak Aksa. Saya di sini akan menggantikan Pak Iwan untuk sementara,” ucapnya memperkenalkan diri. “Yaah, kok cuma sementara sih Pak?” sahut Malika bertanya. Aksa tidak menghiraukan pertanyaan Malika. Dia hanya tersenyum tipis, lalu melanjutkan ucapannya. “Saya akan membuat beberapa peraturan belajar di kelas ini. Yang pertama, tidak boleh ada yang terlambat pada jam pelajaran saya. Yang kedua, tidak boleh tidur di kelas. Yang ketiga, tidak boleh bermain hp ketika jam pelajaran dimulai. Dan yang terakhir, saya akan selalu memberi kalian tugas disetiap pertemuan. Setuju?” “Yang terakhir gak bisa diilangin pak?” tanya Jeje, yang langsung diangguki oleh teman-temannya. Di saat semua orang sibuk berprotes kepada sang Dosen. Seorang wanita yang duduk di kursi belakang sedang sibuk sendiri dengan pikirannya. Semenjak kedatangan Dosen itu, dirinya tidak bisa berkutik sama sekali. Wajahnya pucat, tangannya dingin, pandangannya kosong, dan napasnya tak beraturan. Sedangkan Sasha yang berada di sebelahnya hanya bisa menggenggam tangannya dan mengelus punggungnya. Teman-temannya sangat paham, apa yang terjadi kepadanya saat ini. Hal yang selalu ia hindari, tiba-tiba terjadi begitu saja. Dia tidak menyangka, jika hari ini, jam ini, menit ini, dan detik ini, dia dipertemukan lagi dengan mantan suaminya. Ya wanita itu adalah Allea Putri Widjaya, mantan istri dari Angkasa Emilio Grey. “Minum dulu Neng,” ujar Naya, seraya memberikan Allea satu botol air mineral. Sasha yang tidak tega melihat tangan Allea yang bergetar saat membuka tutup botol, langsung saja menarik botolnya dan membukakannya. “Pelan-pelan,” ujar Sasha. Sementara itu, keadaan Aksa saat ini juga tidak jauh beda dari Allea. Tubuhnya menegang saat melihat keberadaan Allea di kelas ini. Rasanya seperti mimpi, saat melihat wanita yang selama ini mengganggu pikirannya, berada di depannya saat ini juga. “Pak Aksa kenapa?” tanya Bani. “Ah, tidak. Tidak apa-apa,” jawabnya sedikit gugup. Tidak tega melihat Allea yang semakin lemas. Sasha memberanikan diri untuk berbicara kepada Aksa. “Ehm. Permisi Pak,” ujar Sasha, seraya mengangkat tangannya. “Ya?” sahut Aksa. “Temen saya sakit. Boleh izin pulang nggak?” tanya Sasha. Aksa melirik Allea. Dan benar saja, wajah Allea terlihat lebih pucat dan lemas. “Iya,” jawab Aksa singkat. Tanpa berlama-lama lagi, Sasha dan Tania langsung memapah Allea untuk berjalan keluar kelas. “Bawa ke Puskesmas depan kampus aja. Jangan dibawa pulang,” ujar Aksa dengan tampang cueknya. “Tapi pak- “Orang sakit itu dibawa ke Dokter, bukan dibawa ke rumah,” ketus Aksa. *** Setelah Allea diperiksa. Sasha langsung pergi ke kantin untuk membeli makanan. Sedangkan Tania ia suruh untuk menjaga Allea di dalam. Selesai membeli makanan di kantin. Sasha tak sengaja melihat Aksa yang sedang berbicara dengan seorang Dokter. Karena penasaran, Sasha memutuskan untuk menghampiri Aksa. “Pak Aksa,” sapa Sasha, membuat Aksa langsung terkesiap kaget. “Eh. S-sasha,” balasnya sedikit gugup. “Masih inget saya?” tanya Sasha. “Iya.” “Pak Aksa ngapain disini?” tanya Sasha lagi. “Eee, s-saya. Eee, teman saya ada yang sakit. Iya, teman saya dirawat disini,” ucapnya gugup, membuat Sasha mati-matian menahan tawanya. “Teman apa mantan?” goda Sasha. Aksa terdiam. Dia tidak tau harus menjawab apa. Sepertinya Sasha tau niatnya datang ke sini. “Di kamar 17 Pak,” ujar Sasha tanpa berlama-lama lagi. “Saya boleh masuk?” tanya Aksa dengan wajah polosnya. Membuat Sasha lagi-lagi harus menahan tawanya. “Iya boleh,” jawab Sasha. Sasha langsung berjalan menuju kamar Allea. Diikuti oleh Aksa di belakangnya. Sesampainya di depan kamar, Sasha menyuruh Aksa untuk menunggu di depan dulu. Aksa mengangguk saja. Mungkin Sasha mau berbicara terlebih dahulu kepada Allea. Jujur, dia sangat berharap agar Allea mau bertemu dengannya, setidaknya selama lima menit. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan kepada mantan istrinya itu. Beberapa detik kemudian, Sasha dan Tania keluar kamar. “Masuk aja Pak,” ucap Sasha. “Nggak papa?” tanya Aksa memastikan. “Iya nggak papa.” “Jangan disakitin tapi,” sahut Tania ketus. Aksa hanya tersenyum. Dia mengerti, mungkin teman-teman Allea masih mengingat perseteruan antara dirinya dan Allea dulu. “Awas aja ya, kalo berani macem-macem. Kita tunggu didepan,” ketus Tania lagi, seraya menatap Aksa sinis. Tanpa berlama-lama lagi. Aksa langsung masuk kedalam. Dan terlihat Allea yang sedang terbaring lemah di ranjang. Aksa menutup pintunya perlahan. Lalu berjalan menghampiri Allea yang sedang memejamkan matanya. “ Al,” panggilnya lirih. Saat Allea membuka matanya. Pandangan mereka berdua bertemu, membuat napas Allea sedikit tercekat. Jujur saja, sebenarnya dia belum siap bertemu dengan mantan suaminya lagi. Tapi karena Sasha terus- terusan memaksa, jadi dirinya mau tidak mau harus mengiyakannya. Kepalanya terlalu pusing untuk diajak berdebat. Aksa menatap Allea dengan tatapan yang sangat dalam. Matanya menyiratkan seperti ada kerinduan yang baru saja tersampaikan. Allea yang merasa canggung dengan keadaan seperti ini, langsung saja memalingkan wajahnya. Membuat Aksa langsung menghembuskan napasnya kasar. “Apa kabar?” tanya Aksa lembut. “Baik,” jawab Allea singkat. “Udah makan?” tanyanya lagi. “Belum.” “Aku suapin ya.” “Nggak,” ketus Allea. “Dikit aja. Tiga suap,” bujuk Aksa. “Apasih. Sok deket banget. Gue bisa makan sendiri kali,” kesal Allea. Lagi- lagi Aksa hanya bisa menghela napasnya kasar. Dia mengerti, mungkin Allea masih shock atas pertemuan mereka yang tak terduga. “Aku boleh nanya nggak?” tanya Aksa, membuat jantung Allea tiba- tiba berdetak dengan sangat kencang. “ Hmm.” “Setelah perceraian kita. Kamu hidup bahagia kan?” tanya Aksa dengan wajah sendunya. “Iya.” “Syukur deh kalau gitu,” ujar Aksa seraya tersenyum getir. “Emangnya lo nggak bahagia?” tanya Allea. “ Nggak,” jawab Aksa dengan cepat. “Why?” tanya Allea. “Because, the source of my happiness is you,” jawabnya. Membuat mata Allea langsung melotot lebar, dan jantungnya kembali berdetak lebih kencang. “I miss you Allea,” ujar Aksa dengan tatapan yang begitu tulus.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN