Andre terdiam setelah membaca informasi yang baru didapatkannya. Ponsel di atas mejanya berderit menampilkan nama kekasihnya. Ia memijit keningnya. Membiarkan panggilan itu berhenti dengan sendirinya.
Markus yang duduk di depannya tak berani menyela. Ia tahu informasi yang baru didapatkan Andre sangat sensitif untuknya.
“Kamu siapkan tiket ke Singapur. Aku pergi sendiri. Kamu awasi semua pergerakan di sini,” perintahnya pada Markus.
Markus mengangguk, kemudian bangkit dari kursinya hendak keluar dari ruangan bosnya. Membiarkan bos mudanya itu sendiri.
“Markus, siapkan satu orang untuk Maura, jangan sampai dia tahu. Dan hubungi Pahlevi Bimantara segera,” perintah Andre sebelum Markus mencapai pintu.
“Siyap.”
Andre menyandarkan punggungnya di kursi. Ia mengambil ponselnya dan menekan
