Begitu masuk ke rumahnya, Maura berlari ke dalam kamarnya. Ia kemudian menelpon Daffa. Wajahnya sedikit pucat. “Kak,” panggilnya panik begitu teleponnya tersambung. “Maura, ada apa?” Daffa bisa mengenali kepanikan adiknya itu dengan cepat. “Kak, aku lihat om Genta.” “Maura, tarik nafas. Kamu di mana ini?” “Di kamar.” “Oke. Duduk. Lalu tarik nafas. Ada air putih di situ?” “Ada.” “Minum dulu. Lalu ceritakan pelan-pelan.” Maura menurut. Dia mengisi gelasnya dengan air putih di jar. Menarik napasnya perlahan, lalu duduk bersila di atas kasur sambil memeluk bantalnya. “Maura,” panggil Daffa. “Iya.” “Kamu lihat Genta di mana?” “Tadi di jalan. Di traffic light. Aku lagi di mobil sama Andre. Dia di mobilnya.” “Kaca mobil Andre gelap kan?” “Gelap. Tapi aku ngerasa dia liatin aku, Kak