“Kau tidak menggunakan pengaman,” erang Paris ketika Samuel terkulai lemas di atas dadanya. Samuel mengatur napasnya, tubuhnya masih sedikit bergetar. “Sudah terlambat, Sayangku,” geramnya. Ia baru saja memuntahkan benihnya di dalam rahim Paris, mereka mencapai puncak bersama dan ini bukan pertama kalinya. “Bagaimana jika aku... hamil?” Samuel menarik tubuhnya menjauh dari dalam tubuh Paris yang begitu hangat dan menjepitnya. “Kau keberatan?” tanyanya sambil merebahkan tubuhnya di sisi Paris, di rengkuhnya tubuh Paris ke dalam pelukannya. “Aku tidak siap,” erang Paris sambil menghirup aroma tubuh Samuel. Pria itu berbau kayu-kayuan berpadu dengan aroma mint dan tembakau. Paris menyukainya. Samuel menyapukan bibirnya di atas kepala Paris. “Kau mengatakan siap tadi.” “Kapan?” “Di r