H2 - 5

2276 Kata
Sepagian ini Tif berhasil dibuat uring-uringan hanya karena melihat postingan akun gosip. Pagi-pagi sekali ia dikirimi screenshoot sebuah akun gosip oleh Anton. Isinya tentu saja membuat ia kaget setengah mati, karena di foto itu menampilkan dirinya bersama gilang dan di slide kedua memperlihatkan gilang yang sedang menarik Clara keluar dari pesta. Dengan headline font berwarna merah norak mengatakan : ‘Clara del Lana selebgram yang sedang naik daun dicampakan oleh kekasih barunya, gilang diredja.’ Tif memutar matanya dan melempar ponsel itu ke sofa sambil menaruh kepala di antara kedua paha yang ia tekuk. Apa yang akan orang-orang di kantornya pikirkan jika mereka membaca berita ini. bukan karena ia mempedulikan pendapat orang-orang. Tetapi ia masih jauh dari kata berhasil untuk membalaskan dendamnya. Ia harus bertahan dengan baik di kantor itu selama mungkin. Ini semua karena pesta sialan terkutuk itu. tidak seharusnya ia mengikuti permintaan gilang untuk datang ke pesta itu. Ah sudahlah, ia akan melupakan urusan ini untuk sementara. Masih banyak hal yang harus ia lakukan daripada merenungi kebodohan yang terjadi semalam. Ngomong-ngomong soal semalam, ia teringat kembali pada Regan dan perbuatan mereka di kamar gadis kecil dari pemilik rumah itu. Bagaimanapun, regan selalu menang atas dirinya. Pria itu memiliki sifat mendominasi dari dirinya yang membuat orang-orang tidak dapat menolaknya. Atau memang, itu hanya alasan untuk menenangkan dirinya yang selalu lengah terjatuh pada pelukan pria itu. Tif mengambil lagi ponselnya menghubungi seseorang yang belakangan ini sering ia hubungi. Ia menempelkan benda pipih itu di dekat telinganya menunggu seseorang mengangkat teleponnya. “Ada kabar baik apa, andrea?” “perkiraan gue tepat, lo ga usah khawatir, tif.” Teman bicara tif meyakinkan wanita itu. “lo akan dapet berita mengejutkan beberapa minggu dari sekarang.” “Oh, secepet itu?” “Lo ga tau betapa bobroknya yang satu ini. bisa diatasi dengan satu kali tembakan karena emang dalem-dalemnya udah ga ke tolong.” “Ah, oke deh. Thank you buat informasinya.” “Sama-sama. Kalo ada yang mau lo tanyain tentang investasi yang bagus lo bisa tanya gue. Jangan asal naro saham.” “Siap, bos! Byeee.” Paginya mungkin diawali dengan berita menyebalkan namun itu terbayar dengan berita yang baru saja ia terima. Belakangan ini, Andrea, teman kampusnya dulu yang sekarang jadi consultant keuangan banyak memberikan informasi kepada dirinya mengenai saham yang sedang memiliki prospek bagus dan tidak. Ia bertanya banyak hal pada wanita itu termasuk informasi mengenai rosewood, perusahaan property yang belakangan menjadi minat Gilang dalam investasi saham. Tif tidak menjelaskan niat yang sebenarnya pada Andrea. Wanita itu hanya tau bahwa tif berniat melakukan investasi dan meminta saran perusahaan mana saja yang perlu dihindari dan mana yang aman untuk menanam saham. Tentu saja, bukan untuk dirinya, tetapi untuk Gilang. Tif menyediakan banyak kejutan untuk pria yang satu itu. * Tadi pagi gilang menghubungi tif dan berniat mampir ke apartemennya namun sengaja ia tolak karena ia terlalu lelah berpura-pura. Lima dari tujuh hari itu bukan waktu yang main-main. Minggu depan, Ia akan bersandiwara mencintai pria itu sepanjang hari selama hari kerja. Ia akan menyisihkan dua hari, sabtu dan minggu, untuk beristirahat dari panggung yang ia buat sendiri. Pintu apartemen tif diketuk dengan tiba-tiba dan tidak sabaran. Tif sempat berpikir itu regan tetapi saat ia membuka pintu apartemennya ia sangat terkejut karena Emily lah yang berdiri di sana. “Em, ada apa? Kok ga bilang mau ke tempat gue.” Tif memperhatikan penampilan kakaknya itu, ia hanya mengenakan kaus berwarna hijau dengan celana jeans butut yang sudah pudar. Tif tahu itu adalah celana yang selalu em pakai jika harus ke supermarket atau kemanapun yang jaraknya sangat dekat dari rumah. Tapi apartemen tif dan em berjarak lumayan jauh tetapi kakaknya memilih mengenakan celana itu. Emily masih belum menjawab pertanyaan tif, alih-alih menjawab wanita itu malah menerobos masuk ke dalam apartemen tif dan memandang sekeliling ruangan. “Dia disini?” tanya kakaknya bersuara. “Siapa? lo kenapa sih, em?” “Jadi, alasan dia ninggalin gue karena lo punya hubungan sama dia terus lo berpura-pura ga pernah ketemu dia sebelumnya?” “Hah?” tif melongo mendengar rentetan tuduhan yang keluar dari bibir kakaknya itu. “Tunggu, maksud lo gilang?” Em menyilangkan tangan di depan d**a dan mengeluarkan pandangan, ‘siapa lagi kalo bukan dia?’ Tif tertawa terbahak-bahak, “Lo serius mikir kalo gue ada affair sama mantan calon kakak tiri gue sendiri?” tif tahu sumber kekesalan Em saat ini ternyata berasal dari berita dari akun gosip itu. “Lo followers si lambelambean itu ya, em?” “Tebak gimana kagetnya gue hari ini saat liat foto lo di samping laki-laki b******k itu, tif?” tangan em berpindah, berkacak pinggang begitu melihat adiknya tertawa. “Em, gue emang badung dan kelewat batas kalo dalam urusan laki-laki, tapi masa gue embat laki kakak gue sendiri sih.” “Jadi, penjelasan lo adalah?” Emily tidak sabar menunggu penjelasan adiknya itu. “Lo beneran ga mau duduk dulu di sofa dan pesen camilan nih, its gonna be a long story.” Em menghela napas dan berjalan menuju sofa untuk duduk dan mendengarkan cerita adiknya itu. “Jadi, di minggu pertama pernikahan lo batal. Gue langsung cari tau dimana cowok laknat itu kerja.” “Jadi lo kerja di blythes sekarang?” Tif mengangguk. “Iya. Dan gue deketin dia. Tebak pencapaian apa yang udah gue raih? Gue berhasil bikin dia dan Clara putus, FYI Clara itu perusak hubungan lo sama dia.” “Lo pindah ke indo karena ini?” “Menurut lo buat apa lagi gue ngelepasin dream job gue di Singapore kalo bukan karena ini?” “Lo sinting ya?” “Lo bukannya bilang terima kasih sama gue malah ngatain gue sinting.” “Gue ga butuh lo balas dendam buat gue.” Nada suara Emily sedikit naik. “Gue ga bales dendam sama dia demi lo. Sumpah, ini demi kepentingan gue sendiri. Hidup gue ga tenang ngeliat lo di sakitin dan dipermalukan kayak gitu.” “Lo ga harus ninggalin kerjaan lo buat ini.” “Lo ga ngerti, em, ini penting buat gue.” Em terdiam mendengar perkataan adiknya. “Terus kenapa lo ga ceritain rencana ini sama gue?” Tif menaikkan alisnya. “Beberapa menit yang lalu gue baru dikatain sinting. Menurut lo gimana reaksi lo kalo gue ceritain tentang rencana gue sama lo ini sejak awal? bisa-bisa sebelum gue mulai lo udah larang gue dan ngirim gue balik ke antartika.” Lama-lama tif bisa melihat senyum tipis terukir di wajah kakaknya itu hingga akhirnya mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Setelah itu Em bertanya-tanya dan meminta cerita lebih lengkap mengenai apa saja yang ia lewatkan dari pembalasan dendam adiknya itu.    =-= Selama berminggu-minggu tif menghindari pertemuan dengan regan. Ia hanya bertemu dengannya saat pria itu jika ada urusan penting yang mengharuskan meminta persetujuan pria itu. jika tidak, ia akan meminimalisir tatap muka dan menyuruh bawahannya untuk menggantikan hal-hal kecil seperti itu. Sayangnya, kali ini ia tidak bisa menghindari keadaan ini. tif memang diharuskan meminta persetujuan regan untuk campaign besar-besaran yang akan di gelar oleh perusahaannya. Seharian ini tif memang tidak berada di kantor sejak pagi karena harus mengurus meeting dengan client nya hingga ia harus makan siang di luar bersama client tersebut. Sekarang, setelah ia pulang meeting ia diharuskan melapor pada regan mengenai hasil meeting itu sekaligus meminta persetujuan untuk memulai campaign ini. Tif mengetuk pintu sebelum ia masuk ke dalam ruangan pria itu. betapa terkejutnya tif saat ia melihat pemandangan di dalam ruangan tersebut. Jantung tif hampir copot melihat pemandangan seperti itu di depan matanya. Ia hampir saja ingin melemparkan dokumen yang ia pegang pada pria itu. untuk menahan hal itu terjadi, sebelah tangan tif terkepal dan sebelahnya lagi memegang dokumen itu dengan erat. Seorang wanita berambut cokelat terang sedang duduk mengangkangi pria itu dengan bibir mereka yang saling bertaut. Tif bahkan melihat tangannya melingkar di pinggang wanita itu. setelah ia tersadar, tif mengetuk pintu yang memang sudah terbuka itu dengan kencang hingga keduanya memisahkan diri. Wanita itu memandang tif kesal karena telah menganggu aktivitas panas mereka sedangkan regan terlihat bosan dan tidak tertarik pada apapun yang tif lakukan di ruangan itu. namun, tif tidak peduli. Ia jalan menghampiri mejanya dan menyerahkan dokumen yang tadi ia buat dengan terburu-buru. “Ini hasil meeting hari ini, dan secepatnya memerlukan persetujuan anda.” Tif memandangi kedua insan di depannya seolah – olah mereka berdua tidak mengganggu tif sama sekali. “kamu bisa kembali nanti, saya sedang ada urusan.” Ucap pria itu sambil melepaskan pegangan tangannya pada pinggang wanita yang sedang terlihat ingin mencakar tif. regan mendorong sedikit wanita itu agar turun dari atas tubuhnya tetapi wanita itu bergeming dan tetap mengalungkan tangan pada leher regan, yang bisa tif lihat sedikit kemerahan di sana – sini. Berkat wanita itu, tentu saja. “maaf pak, ini harus disetujui hari ini juga.” Sebenarnya itu hak regan mau menyetujui kapan, tetapi tif hanya kesal saja dan ingin membuat pria itu merasa terganggu dengan kehadirannya. Jadi, alih – alih keluar dan membanting pintu itu tif malah berdiri tegak menunggu mereka berdua memisahkan diri. Pria itu mendesah dan menatap wanita di sampingnya. “Ver, kita lanjutkan nanti. Sebaiknya kamu pulang sekarang.” Perintahnya. “What? Regan tapi aku sudah jauh-jauh dateng kemari Cuma buat kamu.” Wanita itu merengek pada regan membuat tif ingin memutar bola matanya karena muak. Kenapa juga wnaita itu mendatangi regan di jam kerja. Memangnya mereka tidak bisa melakukannya nanti malam saja, batin tif bertanya – tanya. “Aku tau, tapi ini jam kerja. Nanti aku akan menghubungimu.” Pria itu mengusirnya secara halus membuat tif ingin bersorak dalam hati. Wanita itu melototi dan menatap tajam tif seolah-olah ia ingin membunuhnya. Tif hanya memandang  datar padanya. Tahu rasa kau, batin tif. seulas senyum tipis terulas di bibir sensual tif saat melihat wanita itu mengambil barang – barangnya dan memasukannya ke dalam tas di bahunya. Lalu wanita itu berjalan keluar dari ruangannya dengan muka marah lalu membanting pintu ruangan itu dengan keras. Karena wanita itu sudah keluar sebaiknya tif keluar dari sana sekarang juga sebelum pria itu menumpahkan kekesalannya pada tif lagi. Tif permisi dan beranjak pergi dari ruangan beberapa menit setelah wanita tadi pergi. “Katamu dokumen ini harus disetujui secepatnya.” Ucap regan saat ia melihat wanita itu berjalan dari mejanya. Tif berhenti dan berbalik menghadap pria itu. “Betul. Tapi kamu mungkin butuh waktu untuk membaca dokumennya, aku akan menunggu di luar.” “tidak perlu, kamu bisa tunggu di sini. Duduk.” Pria itu menggerakkan dagunya ke arah kursi di depan mejanya. Tif menghampiri namun ia memilih berdiri menunggu pria itu selesai membaca. Pria itu tidak kunjung menandatangani dokumennya. “kamu cemburu?” tanyanya sambil memutar-mutar pena di antara jarinya. Tif tidak berpikir kalimat itu akan keluar dari mulut regan. “Maaf?” tanyanya memastikan. Namun, regan tidak mengulang pertanyaannya. Pria itu meletakkan kembali penanya di atas meja dan menyandarkan tubuhnya pada kursi seraya memandang tif meneliti. Tif mendengus, “Maaf pak, pekerjaan saya menunggu tolong disetujui secepatnya.” Lalu ia berjalan kembali untuk keluar dari ruangan itu. Langkahnya terhenti saat lengannya dicekal oleh pria itu. “Tell me, kamu cemburu?” “Kenapa aku harus cemburu?” tanya Tif. Mata regan memandang mata wanita itu mencari kebenaran yang terpancar dari matanya. “Kamu benar, kenapa juga kamu harus cemburu.” Tif kesulitan melepaskan tangannya dari cengkraman pria itu. semakin ia berusaha, semakin regan menahannya dengan keras. hingga pria itu menarik pinggang Tif sampai wanita itu bisa merasakan napas regan berhembus. Tif meletakkan telapak tangannya di atas d**a regan dan mendorong pria itu tetapi usahanya gagal. Pria itu malah menarik dagu tif mendekat dan mendaratkan ciuman dibibirnya. “Kamu tidak benar-benar mencintainya, kan?” tanya pria itu tiba-tiba. “Aku tidak pernah melibatkan cinta dengan siapapun, Reg.” setidaknya tif tidak berusaha menyembunyikan fakta ini. karena regan akan dengan sangat mudah menebak bahwa tif berbohong mengenai hal itu. “Lalu apa yang membuatmu menginginkannya?” “Hal yang sama dengan aku menginginkanmu.” Tanpa di jelaskan lebih lanjut pun regan tahu bahwa yang di maksud wanita itu adalah seks. Karena pertama kali tif berurusan dengan regan adalah karena ketertarikan mereka berdua terhadap tubuh satu sama lain. Rahang Regan mengeras mendengar jawaban wanita itu. pria itu kesal karena tif menginginkan pria lain seperti wanita itu menginginkannya. Tangannya mengeras mencengkram pinggang tif lebih erat. “Jangan main-main denganku.” Ujar pria itu marah, mengancam tif yang tidak terlihat takut sama sekali. “Reg, kamu baru aja bermesraan dengan wanita tadi. Sekarang lepaskan aku.” “Kamu tidak suka karena aku bermesraan dengan wanita lain?” “Take your time, I don’t even care.” Kali ini tif mendorong pria itu dengan sedikit keras hingga akhirnya ia lepas dari cengkramannya. Namun, setelah dipikir-pikir mungkin saja pria itu memang melepaskannya. Rasanya agak mustahil jika sedikit kekuatan tif bisa mengimbangi pria itu. Sekembalinya tif ke mejanya, ia mencolek anton dan meminta laki-laki itu mendekat. “Tadi pak Regan kedatangan tamu, ya?” “Oh itu, iya, itu Veronica. Denger-denger sih mereka emang deket.” “Oh ya?” Tif memajukan tubuhnya untuk menghadap Anton. “Deket kayak orang pacaran?” Anton menggeleng. “Gue rasa engga. Keluarga Veronica udah kayak teman gitu sama keluarga pak Regan. Gue sih ga pernah denger berita mereka pacaran, tapi pak Regan emang sering keliatan jalan sama dia.” Tif mengangguk dan terlihat tidak peduli mengangkat bahunya sambil acuh-tak-acuh. Anton tidak tahu saja apa yang telah regan dan vero lakukan di dalam ruangan sebelum ia datang tadi. Mungkin jika ia tidak masuk ke dalam ruangan regan, bisa jadi mereka berdua melanjutkan ciuman itu menjadi seks kilat di siang hari. Siapa yang tahu? pria itu mampu melakukan hal – hal seperti itu seenak jidat.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN