Hari sudah larut saat Raina kembali ke apartemen ditemani Satya. Sejak pulang dari rumah sakit, Raina tak banyak bicara dan Satya hanya bisa melihatnya lewat ekor mata. Ia tidak ingin membuat perasaan Raina kian buruk. Mungkin, Raina memang membutuhkan waktu untuk berpikir dalam benaknya sendiri. Hingga akhirnya mereka sampai di depan pintu apartemen Raina yang sepi. Noda bekas darah telah dibersihkan dan Raina bersiap memasuki apartemennya kembali dengan tenang. Mengambil nafas panjang dan mengembuskannya perlahan, tangannya membuka knop pintu dengan hati-hati. "Kau masih memikirkannya?" Satya bertanya dengan ragu berharap mungkin Raina ingin membagi sedikit perasaannya. "Tidak, aku … hanya …." jawab Raina dimana suaranya terdengar sedikit bergetar. Puk! Tanpa aba-aba, Satya memeluk