Raina berjalan gontai menuju apartemennya. Ia begitu lelah setelah sebelumnya bergegas pulang untuk menghindari Beryll. Siapa kira, pekerjaannya selesai lebih cepat dan ia bisa pulang lebih awal. Biasanya, Beryl akan menjemputnya padahal ia sudah sering menolak. Sejak di awal kehamilannya, ia merasa bisa melupakan Beryl meski sejenak. Dan semakin hari, hanya Satya yang ada dalam pikirannya. "Aku pulang." Raina membuka pintu perlahan dan telah mendapati kedua orang tuanya duduk dengan ekspresi wajah serius. Dan saat ia telah sampai di hadapan keduanya, kedua orang tuanya itu memberinya tatapan yang tak dapat Raina artikan. Seperti luka, kecewa, dan kesedihan yang tercetak jelas. Seketika, ia merasa takut dan khawatir. "Ada apa, Ayah … Ibu," tanyanya engan suara kecil. "Apa ada hal yang k