Tiara masih syok, tubuhnya kaku sambil menatap layar ponselnya. Pesan itu sudah terlanjur terkirim. Tidak bisa ditarik kembali. Jantungnya berdetak kencang sampai telinganya berdenging. Ia baru sadar ada bayangan tinggi tepat di depannya. Abimana sudah berdiri di hadapannya. Tanpa memberi kesempatan, pria itu menyambar ponsel dari tangan Tiara dengan kecepatan kilat. “Kamu lihat apa sampai seserius itu?” suaranya dalam, menusuk. Tiara melotot panik, tangannya refleks mencoba merebut kembali. Ponsel itu rasanya seperti satu-satunya harga diri yang masih bisa ia pertahankan. “Kembalikan, Mas!” Namun Abimana dengan santai menghindar. Gerakannya ringan, seolah-olah tidak sedang menghadapi istri yang hampir menangis. Ia menggulir layar ponsel dengan jari panjangnya, matanya langsung fokus.
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari