"Silakan masuk, Tuan Abimana," kata ajudan dengan suara lantang, memecah keheningan. Tiara merasakan hawa dingin menyergap saat ia menginjak lantai marmer berkilau. Puluhan bodyguard berpakaian hitam berdiri membentuk lingkaran di sisi ruangan, masing-masing dengan tatapan tajam dan tangan terlipat di depan, seakan siap menerkam kapan saja. Abimana berjalan lebih dulu dengan langkah mantap, punggung tegak, dagu terangkat, dan mata lurus ke depan tanpa sedikit pun tanda keraguan. Tiara berusaha mengimbangi langkahnya, meskipun jantungnya berdetak kencang dan napasnya terasa pendek. Genggaman jemarinya terasa dingin, tapi ia tidak membiarkan ketakutannya terlihat. "Jadi ini orang yang mempermalukan keluarga saya," ucap sang mantan Menteri dengan nada rendah dan penuh tekanan, sorot matany

