Tiara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Mas Abi, jawab aku. Apa ini hadiah? Atau jangan-jangan kamu mau perpanjang kontraknya?" "Nggak! Aku nggak mau, Mas. Aku ngga mau terima ini kalau kamu mau—" Ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena Abimana sudah memotongnya dengan ciuman yang keras dan kasar. Tiara merasa dirinya seperti terjebak dalam permainan yang tidak adil, dan ia tidak tahu bagaimana cara keluar dari sana. Tiba-tiba, ponsel Abimana bergetar. Ia melepaskan Tiara dan meraih ponselnya. "Surya, apa ada yang penting?" tanya Abimana, suaranya tegas. "Ada tamu, Tuan. Utusan dari klan De Luca ingin bicara dengan Anda," jawab Surya melalui telepon. Abimana mengangguk, meskipun Surya tidak bisa melihatnya. "Saya akan segera menemui mereka. Siapkan rua

