Tiara mengangkat dagunya sedikit, pandangannya setengah menantang. Bibirnya basah, napasnya panas, tapi sorot matanya penuh gengsi. Ia tahu tubuhnya bereaksi, pikirannya melayang, tapi harga dirinya menolak tunduk sepenuhnya. “Bapak, jangan dekat-dekat.” Suaranya bergetar, tubuhnya makin panas, tapi ia tetap menggeleng pelan. Abimana menahan napas. Tatapannya menyapu wajah Tiara, lalu turun ke lehernya yang basah oleh keringat. Ia mengangkat tangannya, menyentuh dagu perempuan itu dengan ujung jari, namun Tiara spontan menepisnya. “Jangan sentuh!” Teriaknya lirih, lalu suaranya pecah. “Ja-ngaan sen-tuhh…” Abimana menahan geram, rahangnya mengeras. Ia memalingkan wajahnya sebentar lalu berkata pelan, namun tajam. “Saya pastikan siapa pun yang menaruh absinthe itu di sana, akan berakhir