Tiara terdiam, meremang mendengar kalimat itu. Kata-kata Abimana terngiang jelas di kepalanya, menusuk dan membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tak tahu kenapa tubuhnya justru bereaksi, seakan menyerah pada sesuatu yang tak bisa lagi ia lawan. Tangan Tiara gemetar, namun tanpa ia sadari, jemarinya mulai meraih kerah jas Abimana. Ia menariknya dengan ragu, lalu mendekat, mencium bibir pria itu singkat. Hanya kecupan. Ringan. Tapi cukup untuk membuat udara di antara mereka berhenti bergerak. Abimana membeku sepersekian detik, menatap wajah istrinya dari jarak yang begitu dekat. Sorot mata itu dingin, tapi di baliknya menyala api yang tak bisa disembunyikan. Tiara mendongak, menelan ludah dengan gugup. Ia bisa merasakan panas menjalari tubuhnya sendiri, sesuatu yang belum pernah ia