Devan duduk di sebelah Ica. Di ruangan hanya ada Devan, Ica, dan Nadia. Kedua orang tua Ica dan Devan sudah pulang lebih dulu, sedangkan Leo dan Rana sedang mengambil baju ganti untuk Nadia di rumahnya. Devan tidak lepas menggenggam tangan Ica, dan tidak mau beranjak dari tempat duduknya untuk menemani Ica. Sedangkan Nadia, dia sendirian, padahal seharusnya Devan adil saat menemani kedua istrinya.
“Dev, kamu gak mau tahu kondisi Nadia?” tanya Ica dengan berbisik.
“Untuk apa? Kan sudah jelas, dia hanya pendarahan saja, sekarang suda baikan kok?” jawab Devan.
“Dia juga butuh kamu, dia istri kamu juga, dan ada anak kamu di perut Nadia,” ujar Ica.
“Iya aku tahu, tapi yang lebih butuh aku itu kamu, bukan dia. Dia masih bisa sehat setelah selesai pendarahan? Sedang kamu? Kamu masih harus men
