Setelah acara penganjian selesai di rumah Devan, Nadia duduk di sebelah Ica, dan bersandar di bahu Ica. Ica mengusap kepala Nadia dan menciumnya. Dia tahu apa yang saat ini Nadia rasakan, kehilangan orang yang sangat Nadia cintai, apalagi di saat akan meraih bahagia, karena sebentar lagi akan menikah. “Kak, kenapa Keenan gak mau nunggu nanti perginya, setelah menikahi aku?” ucap Nadia dengan menyeka air matanya. “Nad, jangan bicara seperti itu ya? Semua sudah digariskan Tuhan, hidup dan mati hanya Tuhan yang tahu,” tutur Ica. “Maafin Kak Dev ya, Nad. Ini semua karena Kak Dev. Kalau saja Keenan tidak menghalangi perampok itu menusuk kakak, dia tidak akan meninggal, Nad.” Ucap Devan dengan mengusap punggung Nadia. “Jangan salahkan diri kakak. Benar kata Kak Ica semua sudah diatur Allah,