Nadia mengeliat, meregangkan otot-ototnya yang kaku. Dia melihat Devan yang masih tertidur pulas di sebelahnya dengan tangan yang melingkar di tubuhnya. Nadia memangdangi setiap lekukan wajah Devan dengan lekat. Pahatan indah di wajahnya membuat Nadia kagum akan ketampanan suaminya. Nadia mengangkat tangannya, ingin sekali ia mengusap wajah suaminya dengan sayang. Entah kenapa hatinya tergerak seperti itu. Mungkin benar sudah ada benih cinta untuk Devan yang tersebar di hati Nadia sekarang. “Jangan, Nad! Jangan jatuh cinta pada suami orang. Iya Kak Dev suami kamu, tapi kamu menjadi istrinya karena keadaan yang memaksa, dan karena sebuah kekhilafan di antara kamu dan Kak Devan. Jangan sakiti hatimu, Kak Devan tidak mungkin mencintaimu,” gumam Nadia dalam hati. Nadia mengurungkan niatnya u