Nadia sudah sampai di rumah sakit. Dia melihat Devan yang sedang duduk bersimpuh di depan ruang ICU. Keenan keadaannya kritis, dari tadi tidak lepas dari pengawasan dokter dan tim medis lainnya. Luka tusukannya sudah mengenai organ vital di dalam tubuhnya. Hanya kuasa Tuhan yang bisa merubah nasib Keenan saat ini. Ica memeluk suaminya yang dari tadi menangis, apalagi mengingat kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu, saat Keenan menyelamatkan dirinya dari tusukan perampok itu. “Kenapa dia tidak membiarkan aku saja yang tertusuk, Ca? Kenapa?” ucap Devan kacau dengan meraung, menangis, meratapi nasib adik sepupunya yang terbaring lemah di dalam ruang ICU. “Jangan bicara seperti itu, Dev. Kita lebih baik berdoa, supaya Keenan bisa melewati masa kritisnya,” ucap Ica. “Bunda ... Ayah ..