Devan melajukan mobilnya untuk pergi ke sekolahan Nadia. Dia masih tidak habis pikir soal apa yang telah ia lakukan tadi di kantor Ica. Mencium kening Ica. Dan, itu memang reflek, entah dari mana dorongan itu berasal, dirinya pun tidak tahu. Melihat wajah Ica yang merona, dia pun sedikit bahagai. Ica sepertinya menerima kecupan singkat yang tadi ia berikan. Devan juga merasa tidak enak hati dengan Ica, dia takut Ica marah atau bagaimana. Pikiran Devan sekarang sedikit campur aduk, antara bahagia dan takut kalau Ica akan marah padanya, dan tidak mau lagi dekat dengannya. “Bodoh sekali kamu, Dev! Jangan buat Ica jadi bad mood sama kamu dong? Ntar kalau Ica marah, terus gak mau deket-deket lagi sama kamu gimana? Kamu gak mikir sampai situ sih?” Devan berkata lirih sambil membayangkan kalau