Acha pamit ke sekolah setelah menghabiskan sarapannya dengan terpaksa. Dia masih saja menampakkan wajah ngambeknya pada papa-mamanya. “Mau sekolah itu senyum, harus pikirannya fresh, gembira, senang, semangat, biar menyerap ilmunya itu mudah. Jangan ditekuk-tekuk gitu wajahnya, Sayang?” tegur Ica. “Bagaimana semangat? Orang di rumah ada benalu yang merusak hubungan mama papa?” ucap Ica. “Acha! Jaga mulut kamu! Siapa yang mengajari kamu bicara seperti itu?!” bentak Ica. “Mama yang aneh! Kemarin mama berpihak dengan Acha, sekarang malah belain dia!” ucapnya dengan menunjukkan jari telunjukknya ke arah Nadia. “Kamu harus bisa menerima Tante Nadia di sini, Sayang. Jangan seperti itu, mama mohon, mana Acha yang selalu sopan pada orang lain, bertutur kata yang santun pada orang? Mana Acha y