46

1090 Kata

Nafas mereka terus beradu, berat dan panas, memenuhi ruang kamar yang seolah bergetar oleh energi keduanya. Bram tak pernah berhenti menunjukkan betapa gilanya ia pada istrinya—geraknya mendominasi, menuntut, tapi juga tak memberi celah bagi Kalinda untuk meragukan perasaannya. Tangan besarnya sesekali menampar ringan p****t istrinya, membuat Kalinda terpekik tertahan, lalu meremas keras bagian tubuh yang hanya miliknya, gunung kembar yang berukuran cukup besar itu. Jemarinya menyusuri lekuk yang sudah ia hafal luar kepala, menandai, mengklaim, dan memastikan tak ada yang bisa merebutnya. “Astaga… kamu bikin aku gila, Dek,” desis Bram dengan suara parau, mencampur antara erangan dan tawa kecil yang penuh kepuasan. “Kamu nikmat banget… cuma kamu yang bisa bikin aku segila ini.” Kalinda m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN