Si Emak Ngadu?

1248 Kata

Karena bingung harus kemana, akhirnya aku berhenti di depan sebuah kontrakan sederhana di pinggir jalan. Rumah kontrakan yang dibuat berjejer dengan satu pintu dan satu jendela. Kecil banget pokoknya. Kalau dibandingkan dengan rumah Pak Michael yang selama ini aku tempati, paling ukurannya hanya setengah dari kamar milik Pak Michael. Hanya ada kamar tidur, kamar mandi, lalu dapur. Dapur sama ruang tamu hanya disekat oleh lemari. Aku duduk selonjoran di atas kasur minimalis ini. Walau panas tanpa ada AC, tapi di sini kepalaku cukup dingin. Mungkin sebaiknya aku tidur mengingat kejadian beberapa hari terakhir cukup membuat emosiku lelah banget. Baru saja memejamkan mata, bayangan si Moza yang mewek sambil manggil namaku kembali berputar. Ish, apaan sih? Kenapa kepikiran bocah gendut itu?

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN