Meyra terus berusaha menetralkan debar jantung dan deru napasnya yang tiba-tiba memburu, namun keberadaan Nathan yang terlalu dekat membuatnya terasa sulit untuk mengendalikan diri.
"Sudah kubilang, itu bukan urusanmu." Geramnya kasar. Ia ingin menjauh, namun lengan Nathan di kedua sisi tubuhnya mencengkeram meja dengan begitu erat, sampai Meyra melihat jari-jarinya memutih.
"Aku tidak ingin mendengarmu mengucapkan kalimat 'itu bukan urusanmu' lagi, Princess." Suara Nathan membuat bulu kuduknya meremang.
"Karena memang itu bukan urusanmu!" Jawab Meyra dan berbalik sekaligus. Ia mendelik tajam ke arah Nathan. Tidak bisa menyembunyikan kemarahannya. "Siapapun yang dekat denganku, apapun yang kulakukan dengannya, atau apapun yang kupelajari darinya, itu bukan urusanmu! Kalau kau merasa bertanggung jawab akan keberadaanku disini, cukup perhatikan saja kesejahteraanku! Bukan memedulikan urusan pribadiku. Karena urusan pribadiku tidak ada dalam ruang lingkup tanggung jawabmu!" Ucapnya dengan amarah yang meledak.
"Lagipula kenapa tiba-tiba saja kau peduli dengan siapa aku bergaul? Sementara selama ini kau tampak enggan bertemu denganku?" Ia menatap Nathan dengan tatapan tajam dan menuduh. "Kau bisa kembali menjadi pemilik rumah yang mengabaikan tamunya, Nathan. Tak usah membuatku bingung dengan kepedulianmu yang muncul secara tiba-tiba. Gilbert sudah cukup melindungiku. Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu.
Dan urusanku dengan Steven atau dengan pria manapun yang akan kukencani kelak dan apapun yang akan kulakukan dengan mereka, apapun yang kupelajari dengan mereka, sekali lagi kutekankan bahwa itu bukan urusanmu. Kau bukan siapa-siapaku selain pemilik rumah ini, putra dari sahabat ayahku dan kakak dari sahabatku!" Meyra menarik napas, mencoba menetralkan emosinya. Ini kalimat terpanjang yang diucapkannya pada Nathan sepanjang ia mengenal pria itu. Dan jika melihat tatapan tajam serta rahangnya yang mengeras, jelas apapun yang diucapkannya sangat menyinggung pria itu.
Whatever! Dia tidak peduli. Memangnya selama ini pria itu tidak menyakitinya. Pria itu bahkan menyakitinya lebih banyak daripada yang ia sadari. Meyra berjalan menjauh dari Nathan. Dia tidak ingin tersulut emosi lebih jauh dan berakhir dengan mengucapkan kata kasar lainnya. Dengan cepat ia melangkah menuju tangga sambil berucap "Lebih baik kau segera berpakaian, sebelum terkena flu!" Lalu berlari menaiki tangga.
Meyra menutup pintu kamarnya dengan cukup kuat dan menguncinya dari dalam. Tubuhnya meluruh ke lantai seketika itu juga. Amarah yang tadi meluap, kini berubah menjadi isakan pelan. Nathaniel. Kenapa orang itu selalu menjungkirbalikkan perasaannya. Entah sengaja atau tidak. Sadar atau tidak. Pria itu sudah seringkali menyakitinya.
Dan kenapa dengan hatinya? Kenapa ia tidak bisa begitu saja berpindah dan mencintai pria lain?
Steven? Ya. Apa yang ia katakan tadi tentang Steven pada Nathan tidak sepenuhnya salah. Gilbert memang mengatakan bahwa Steven menyukainya. Dan Steven memang tampan dan baik. Tapi entah kenapa, ia tidak bisa menyukainya lebih daripada teman? Atau ia kurang berusaha?
Gilbert tidak mengajarkannya untuk menarik ulur hari Steven. Tidak. Gilbert tidak sejahat itu, dan ia harus meminta maaf padanya karena telah memfitnahnya. Gilbert justru memintanya untuk mencoba menerima Steven dan belajar membuka hatinya, karena Gilbert tahu bahwa Steven pria yang baik. Sangat baik.
Masih dengan airmata yang mengalir dikedua pipinya, Meyra merangkak ke atas tempat tidurnya dan memilih untuk memejamkan mata sampai ia tertidur pulas tanpa memikirkan apa-apa.
?????
Meyra duduk di bawah pohon rindang di halaman samping kampus. Buku besar berada di pangkuannya sementara satu cup minuman dingin rasa coklat di tangan kirinya.
Buku yang terbuka di pangkuannya tiba-tiba menghilang. Berganti sebuah kepala yang memiliki wajah tampan yang tersenyum manis ke arahnya. "Apa yang kau lakukan pada kakakku sampai membuatnya marah besar padaku?" Tanya Gilbert dengan tatapan penuh selidik. Meyra mengerutkan kening dengan bingung. Dua hari ini ia tidak bertemu dengan Gilbert. Dan dengan Nathan? Terakhir ia melihat pria itu yang ketika ia marah-marah dua hari yang lalu pula.
"Memangnya apa yang dia katakan?" Tanyanya balik.
Flashback On
Gilbert sedang fokus pada dokumen di hadapannya ketika Nathan tiba-tiba masuk dan berdiri di hadapannya dengan tangan terlipat di depan d**a. "Siapa itu Steven?" Tanyanya tanpa basa-basi.
Gilbert mengangkat kepalanya dan melihat tatapan tajam yang di arahkan padanya. Wajah kakaknya itu memang 80% wajah ayahnya. Kecuali mata. Sementara Gilbert memiliki 80% wajah ibunya kecuali bibir yang lebih mirip milik ayahnya. Nathan memiliki wajah arogan ala bangsawan Inggris. Sementara Gilbert memiliki paras rupawan yang lebih mirip pria cantik versi ibunya. Jika tidak ada yang mengenal mereka lebih dekat, maka tidak akan ada yang mengira bahwa mereka saudara kandung yang terpaut usia 8 tahun.
"Kau tau siapa itu Steven, Nath. Kenapa kau bertanya padaku?" Jawab Gilbert datar dan mencoba kembali fokus pada dokumennya.
"Tidak. Kuubah pertanyaanku." Jawabnya cepat. "Apa kau mencoba menjodoh-jodohkan Meyra dengan Steven?"
Kali ini kening Gilbert benar-benar berkerut karena tidak mengerti. Tapi sepertinya ada permainan Meyra disini. Ia hanya perlu mengikutinya.
"Aku tidak mencoba menjodohkannya dengan Meyra, Nath. Meyra tidak semudah itu untuk dijodohkan dengan seseorang yang dia tidak suka." Dan jawaban itu berdasarkan pada fakta. Gumam Gilbert dalam hati. "Memangnya ada apa dengan Steven?" Ia kembali mencari titik terang, supaya ia tahu peran apa yang harus ia mainkan.
"Meyra bilang kau mengenalkan Steven padanya dan kau mengajarkannya untuk menarik ulur perasaan Steven sampai Steven benar-benar jatuh hati padanya. Apa kau mencoba menjadikannya playgirl?"
Gilbert mencoba menahan tawanya. "Ya. Steven memang menyukai Meyra, dan sepertinya Meyra juga demikian. Aku bukannya mengajari Meyra untuk menjadi seorang playgirl, Nath. Aku hanya ingin Meyra mengetahui dulu dengan jelas apa Steven benar-benar sosok yang ia sukai dan tepat untuknya. Itu tidak salah, bukan?"
"Kau yakin jika Steven ini pria baik-baik?"
"Ayolah, Nath. Pria baik-baik apa yang kau maksud? Di dunia ini tidak akan ada satupun pria tanpa pikiran buruk dan kotor di kepalanya. Baik dalam hal apa yang kau maksudkan?"
"Jangan mendekatkan Meyra pada seorang playboy, G."
"Kau tenang saja, aku tidak akan menjadikannya mangsa pria jahat. Dan Steven bukan pria playboy, Nath. Dia memang benar-benar menyukai Meyra." Dan memang seperti itulah kenyataannya. Meskipun Meyra masih belum membuka hatinya dan memberikan Steven kesempatan untuk mendekatinya. "Lagipula aku tidak bisa memaksakan kehendakku akan siapa dan seperti apa pria yang Meyra sukai. Dan aku juga tidak bisa melarangnya untuk dekat dengan siapapun.
Urusan dia dekat, jatuh cinta, atau patah hati, itu menjadi urusannya. Kita hanya memastikan bahwa dia merasa nyaman disini. Memastikan kesejahteraannya terjamin dan keamanannya terjaga. Bukan untuk mengekang dia bergaul dengan siapapun yang dia suka tapi kita tidak."
"Tapi jika dia bergaul dengan orang yang salah dan terluka, itu akan menjadi kesalahan kita. Dia berada di bawah tanggung jawab kita."
"Tidak, Nath. Itu bukan urusan kita. Itu urusan orangtuanya. Dan kedua orangtua Meyra sudah yakin dan percaya akan putrinya. Jadi apapun pilihan putrinya, baik atau salah, itu adalah tanggung jawab Meyra sendiri. Lagipula salah bergaul seperti apa yang kau maksud?"
"Bagaimana jika dia bergaul dengan orang yang salah dan memilih untuk melakukan s*x bebas?"
Gilbert mendengus. "Itu pilihannya, Nath. Kita tidak perlu mencekalnya. Itu ada dalam ranah pribadinya. Kita tidak perlu mengurusinya. Kau tidak perlu mengurusinya." Ucapnya dengan penuh penekanan. Dalam hati ia tertawa penuh kemenangan. Nathan sudah mulai peduli akan Meyra. Dia takut Meyra terluka, takut Meyra terjerumus ke arah yang salah. Sepertinya Nathan mulai melihat Meyra seperti layaknya pria pada perempuan. "Lagipula dia juga tidak mengurusi urusan pribadimu. Dia tidak peduli dengan siapa kau berkencan dan menghabiskan malam. Dia bukan anak-anak lagi, Nath. Jelas dia tahu tentang hubungan antara 'laki-laki dan perempuan' dewasa. Meskipun dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu.
Kau tenang saja, Nath. Aku akan mencoba menjauhkannya darimu." Ucapannya membuat dahi kakaknya mengernyit. "Aku tahu kau tidak menyukai keberadaannya. Aku tahu dia mengusik ketenanganmu. Karena itu aku membantumu. Aku mencoba mendekatkannya dengan Steven supaya kau tahu bahwa dia sudah melupakanmu. Dan Steven, dia pria yang baik. Dia akan mencintai Meyra dengan sepenuh hati. Dia sangat mengagumi Meyra. Bisa kupastikan itu. Dan mungkin Steven bisa mengajarkan Meyra tentang 'permainan' yang laki-laki dan perempuan dewasa lakukan. Steven orang yang berpengalaman." Ucapnya dengan penuh penekanan.
"Jangan coba-coba mengajarkan hal yang buruk pada Meyra, G!" Suaranya sarat akan ancaman.
"Aku tidak akan mengajarkan apapun padanya, Nath. Tapi jika dia memang ingin belajar, aku tidak bisa menahannya. Dia sudah bukan anak-anak lagi. Dia remaja yang beranjak dewasa dengan keingintahuan yang besar. Jadi ya..." Gilbert mengangkat bahu dengan tak acuh. "Kau dan aku sama-sama tahu apa yang ingin kita tahu saat di usianya dulu. Atau kalau kau tidak rela jika dia belajar dengan Steven, mungkin kau bisa menjadi gurunya. Aku tidak tahu apa dia menginginkannya atau tidak. Tapi aku tahu kalau kau bisa menjadi guru yang baik untuknya. Mengingat pengalamanmu dalam memuaskan wanita." Ada pujian terselubung dalam ejekannya. Nathan hanya memandangnya dengan tatapan tak percaya, sebelum meninggalkan Gilbert dengan setumpuk pekerjaan yang harus segera di selesaikannya.
Flashback off
"Dia benar-benar tertarik tentang hubunganmu dan Steven. Kurasa terus membahas Steven di hadapannya bisa semakin memancing perasaannya yang sebenarnya." Gilbert menatap Meyra dengan senyum penuh arti.
"Apa yang ada dalam pikiranmu?"
Gilbert mengangkat bahu. "Hanya sebuah rencana." Jawabnya datar.
___________________________________
Tahan, khusus cerita ini Mimin dobel Up,, jangan lupa komen sama ❤️ nya ya... ditunggu