Enam bulan berlalu sejak Nia bekerja di kantor Yudh, makin lama makin mahir pula melakukan semua pekerjaannya. Bila dulu ia sedikit lama memahami semua pekerjaan barunya namun kini Nia lebih tanggap mengerjakannya. Upah yang d terima oleh Nia pun makin lama makin besar, memang tak sebanyak para senior lainnya namun setidaknya dapat di gunakan sebagai tambahan membantu keburuhan sehari-hari ibunya.
Nia juga diam-diam menyisihkan beberapa uangnya untuk keperluan mendadak, Nia tak akan tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Melihat kesehatan ibunya yang terus membaik selama beberapa bulan ini tak bisa membuat Nia lega begitu saja, Nia tak akan tahu kapan ibunya akan terbaring lagi di rumah sakit.
Mengingat soal itu, Nia kembali terbayang dengan kejadian beberapa waktu lamanya saat ibunya hampir kehilangan kaki ketika penyakitnya mulai menyebar. Hingga detik ini Nia tak punya petunjuk apapun mengenai ornag yang telah membantunya diam-diam itu.
Di tengah lamunannya di siang hari itu, Nia mendapatkan pesan dari nomor yang tak pernah ia simpan. Nomor yang sama dan selalu berusaha menghubunginya di setiap saat, Nia benar-benar sudah muak dengan orang yang tak tahu diri ini.
‘Gadis manis, datanglah ke kantor malam esok, Om menunggu kedatanganmu oke?’
Begitulah isi pesan yang di kirimkan oleh Patrick, sang rentenir yang kelihatan begitu menarik perhatian Nia. Walaupun Nia tak berniat membalas apapun tapi Patrick tetap mengiriminya pesan singkat seperti itu hampir setiap hari.
“Enam bulan lagi aku pasti bisa melunasi semua hutang ayah, aku dan ibu bakal terbebas dari jeratan orang nggak waras ini” gumam Nia sembari menyelesaikan semua pekerjaannya.
Nia berpikir bila ia sudah melunasi semua sisa hutang dari rentenir tersebut, Nia bisa bebas untuk melakukan apapun karena ia terbebas dari panggilan-panggilan mengganggu dari mereka. Namun hal menyebalkan bagi Nia, ia tak di ijinkan untuk membayar hutangnya lewat transfer, Patrick memaksa Nia untuk datang melunasinya sendiri setiap bulan di depannya.
Tatapan mata seakan ingin memiliki dari Patrick itu tak henti membuat Nia muak, ia tak tahan berlama-lama berada di kantor milik Patrick, sekali saja Nia tak ingin berada disini walaupun sekedar melewatinya.
“Saya sudah melunasi enam bulan ini secara rutin, jadi saya rasa anda bisa berhenti meneror saya setiap hari bahkan setiap malam menjelang” pinta Nia tak merasa takut sekalipun.
“Hemm, aku akui kau punya keberanian besar padaku gadis manis. Semua gadis yang bertemu denganku akan ketakutan tapi kau berbeda, aku takjub dengan keberanianmu menatap mataku langsung” ujar Patrick, sorot matanya menatap tubuh Nia dari atas hingga kaki tak ada satu part badan Nia yang terlewat dari pandangan matanya.
Bisa di katakan kalau bos rentenir tersebut jatuh hati pada Nia karena parasnya yang menawan. Walaupun tidak mengenakan riasan tebal, Nia terlihat begitu cantik dan lebih natural. Bagi Patrick merasakan gadis lajang adalah pengalaman paling menyenangkan namun ia tahu Nia bukanah gadis yang mudah untuk di taklukkan.
Nia selesai membubuhkan tanda tangan saat ia melunasi hutang orang tuanya bulan ini, tanpa banyak bicara lagi Nia segera meninggalkan tempat ini sembari membawa bukti pelunasannya. Gadis itu melemparkan pandangan tak suka pada Patrick, ia memberikan sinyal untuk berhenti melakukan hal sia-sia karena Nia tak akan pernah tertarik pada Patrick.
Tentu saja permintaan Nia tak serta merta akan di kabulkan oleh bos tersebut, diam-diam bos rentenir itu mencari tahu semua tentang Nia sehingga dia bisa menguasai Nia suatu hari nanti.
“Cari tahu semua tentang gadis itu, aku akan mencari celah agar dia menyerah” perintah Patrick pada anak buahnya.
Nia melangkah lega ketika sudah terhindar dari jeratan Patrick, untuk keenam kalinya bertemu dengan bos rentenir itu, pandangan mata Patrick sama sekali tak berubah. Tetap menjijikkan seperti ia tengah melihat makanan lezat di depan matanya.
Di tengah lamunannya di siang hari itu, Nia mendapatkan pesan dari nomor yang tak pernah ia simpan. Nomor yang sama dan selalu berusaha menghubunginya di setiap saat, Nia benar-benar sudah muak dengan orang yang tak tahu diri ini.
‘Gadis manis, datanglah ke kantor malam esok, Om menunggu kedatanganmu oke?’
Begitulah isi pesan yang di kirimkan oleh Patrick, sang rentenir yang kelihatan begitu menarik perhatian Nia. Walaupun Nia tak berniat membalas apapun tapi Patrick tetap mengiriminya pesan singkat seperti itu hampir setiap hari.
“Enam bulan lagi aku pasti bisa melunasi semua hutang ayah, aku dan ibu bakal terbebas dari jeratan orang nggak waras ini” gumam Nia sembari menyelesaikan semua pekerjaannya.
Nia berpikir bila ia sudah melunasi semua sisa hutang dari rentenir tersebut, Nia bisa bebas untuk melakukan apapun karena ia terbebas dari panggilan-panggilan mengganggu dari mereka. Namun hal menyebalkan bagi Nia, ia tak di ijinkan untuk membayar hutangnya lewat transfer, Patrick memaksa Nia untuk datang melunasinya sendiri setiap bulan di depannya.
Tatapan mata seakan ingin memiliki dari Patrick itu tak henti membuat Nia muak, ia tak tahan berlama-lama berada di kantor milik Patrick, sekali saja Nia tak ingin berada disini walaupun sekedar melewatinya.
“Saya sudah melunasi enam bulan ini secara rutin, jadi saya rasa anda bisa berhenti meneror saya setiap hari bahkan setiap malam menjelang” pinta Nia tak merasa takut sekalipun.
“Hemm, aku akui kau punya keberanian besar padaku gadis manis. Semua gadis yang bertemu denganku akan ketakutan tapi kau berbeda, aku takjub dengan keberanianmu menatap mataku langsung” ujar Patrick, sorot matanya menatap tubuh Nia dari atas hingga kaki tak ada satu part badan Nia yang terlewat dari pandangan matanya.
Bisa di katakan kalau bos rentenir tersebut jatuh hati pada Nia karena parasnya yang menawan. Walaupun tidak mengenakan riasan tebal, Nia terlihat begitu cantik dan lebih natural. Bagi Patrick merasakan gadis lajang adalah pengalaman paling menyenangkan namun ia tahu Nia bukanah gadis yang mudah untuk di taklukkan.
Nia selesai membubuhkan tanda tangan saat ia melunasi hutang orang tuanya bulan ini, tanpa banyak bicara lagi Nia segera meninggalkan tempat ini sembari membawa bukti pelunasannya. Gadis itu melemparkan pandangan tak suka pada Patrick, ia memberikan sinyal untuk berhenti melakukan hal sia-sia karena Nia tak akan pernah tertarik pada Patrick.
Tentu saja permintaan Nia tak serta merta akan di kabulkan oleh bos tersebut, diam-diam bos rentenir itu mencari tahu semua tentang Nia sehingga dia bisa menguasai Nia suatu hari nanti.
“Cari tahu semua tentang gadis itu, aku akan mencari celah agar dia menyerah” perintah Patrick pada anak buahnya.
Nia melangkah lega ketika sudah terhindar dari jeratan Patrick, untuk keenam kalinya bertemu dengan bos rentenir itu, pandangan mata Patrick sama sekali tak berubah. Tetap menjijikkan seperti ia tengah melihat makanan lezat di depan matanya.
Namun tepat setelah satu tahun ia genap bekerja di kantor Yudha, pagi ini suasana kantor benar-benar kacau seperti gempa tengah melanda mereka. Nia tak tahu apa yang tengah di bicarakan oleh para rekan kerjanya, ia tahu memang beberapa bulan usaha milik Yudha tengah di landa krisis besar-besaran karena platform mereka menyajikan berita buruk yang amat sangat buruk pada masyarakat.
“Kau sudah dengar tentang pegawai baru yang di rekrut oleh pak Yudha?” bisik seorang pegawai yang duduk tak jauh dari Nia.
“Aku dengar dia sangat cantik” jawab lainnya.
“Benarkah? Kalau cantik saja mah aku juga bisa, yang penting gimana kerjanya dia, bener atau enggak nah itu yang patut di pertanyakan”
“Aku dengar dia salah satu orang berpengaruh di Negara kita, sampai-sampai pak Hendry trekejut bukan main saat melihat gadis itu”
“Huuh yang bener nih? Iih enggak mungkin deh, mana ada orang berpengaruh atau influencer yang bakal mau bekerja di tempat kecil dan kotor kayak gini? Ngaco aja deh kamu” bantah temannya.
“Tapi ini bener deh, aku lihat sendiri orangnya sangat cantik lalu tinggi semampai. Aku yakin dia bakal jadi primadona disini, aah pasti dia langsung mencuri panggung”
Nia terus mendengarkan pembicaraan menarik mengenai pegawai baru yang kelihatannya benar-benar sangat menarik perhatian itu, namun perhatian semua pegawai langsung buyar saat melihat atasan mereka yaitu Yudha keluar dari ruangnya bersama Hendry sang pegawai paling di percaya, pandangan mereka tertuju pada sosok wanita super duper cantik dengan rambut berwarna cokelat bersemu oranye.