Nona Ellaine

1100 Kata
Yudha berdiri tegak di depan para karyawan yang telah menunggunya tak terkecuali Nia yang sedari tadi penasaran dengan sosok wanita menakjubkan yang di ceritakan reknanya. Mata Nia terbelalak takjub ketika melihat sosok yang ia pikirkan benar-benar nyata di depannya. Sosok Ellaine pegawai baru itu benar-benar menyita perhatian seluruh pegawai kurang dari lima puluh orang itu, dari mulut mereka hanya takjub yang terucap. Bahkan beberapa pegawai ada yang menyalakan ponsel dan mencari dimana pernah melihat wanita super duper cantik bak malaikat itu. “Halo anak-anakku yang manis, pagi ini bapak punya kejutan untuk kalian. Nona Ellaine akan bergabung dengan kantor kita mulai hari ini, dan saya ingin kalian semua bekerja sama dengan nona Ellaine” kata Yudha dengan nada bancinya yang kental. Sudah bisa di tebak semua mata pegawai lurus menatap Ellaine yang memiliki paras cantik di atas rata-rata dan di dukung dengan otak cerdas bahkan tubuh elok yang sangat memanjakan mata bagi para pegawai pria. Tak ayal para pegawai pria disana langsung memikirkan rencana pernikahan secepat mungkin bila ketemu wanita secantik Ellaine, dengan parasnya yang sangat menawan itu mampu menyihir semua orang yang ada disana. “Uwaah dia memang benar-benar cantik” gumam Nia sendiri. Begitupun dengan semua pegawai yang mengucapkan kalimat tak jauh berbeda dengan Nia, Ellaine memang terlalu nyata sebagai seorang manusia. mata wanita super cantik itu menatap semua orang tanpa menunjukkan senyumnya sekalipun. “Nona, meja anda berada di ujung itu” tunjuk Hendry pada meja kosong di sebelah Nia. ‘Hah, wanita itu bakal duduk di sebelahku?’ ucap Nia dalam hati tak percaya. Ellaine menatap lurus pada meja kerjanya yang berada di ujung, itu menandakan kalau pegawai baru yang masuk akan berada di urutan paling belakang dan di pojok. Suasana ini benar-benar menggoyahkan semangat Ellaine untuk bekerja di tempat ini. ‘Eh beneran dia duduk di dekatku, bagaimana ini?’ ucap Nia dalam hati lagi, ‘Lah mbaknya jalan kesini’ Ellaine berjalan berlenggak-lenggok menuju meja kerjanya yang ada di samping Nia, Ellaine tak sempat bertatap muka dengan Nia yang duduk terdiam di sampingnya. Ia menatap semua desain monoton nan membosankan dari kantor Yudha. “Sangat kuno.. kuno banget” gumam Ellaine tanpa bisa di dengar oleh orang lain. “Mulai hari ini nona akan bekerja bersama kami di meja ini, saya harap nona dapat betah disini dan melakukan pekerjaan anda dengan baik seperti beberapa perusahaan besar yang anda bangun sebelumnya” pesan Hendry tanpa di jawab oleh Ellaine. “Nia, tolong bantu nona Ellaine kalau beliau membutuhkan apapun ya” pesan Hendry. “Baik pak, siap” jawab Nia tegas. Nia melirik Ellaine yang duduk kesal di sampingnya, sejak gadis itu datang Nia terus menerus mendengarnya menggerutu tiada henti namun tangan dan sorot matanya tetap fokus pada layar computer di depannya. ‘Benar-benar professional sekali, jelas-jelas dia nggak suka tempat ini tapi dia masih bekerja dengan sangat baik. Mungkin inilah yang dinamakan profesional, aku nggak boleh bengong aja melihat dia, fokus fokus!’ gumam Nia. Namun seorang pria berkacamata menghampiri Ellaine tanpa berkata apapun, sedangkan Ellaine sama sekali tak melihat ada orang yang berdiri di depannya. Ia masih sibuk dengan semua pekerjaan yang ada di depan matanya saat ini. “Mbak Ellaine” panggil Nia, ia ingin sekali menyapa Ellaine sejak awal jumpa. Ellaine hanya menoleh tanpa menjawab apapun, Nia memberikan sinyal pada Ellaine untuk menoleh pada sosok berkacamata yang kelihatan gugup itu. Apalagi saat Ellaine menoleh dengan rambutnya yang terkibas sempurna, membuat para mata lelaki disana makin di manjakan. “No-nona Ellaine!” teriak pria itu sangat gugup. Ellaine hanya mengangguk pelan menjawab pria itu, “Ini, silahkan di minum!” teriak pria itu lagi. Ia menyodorkan segelas teh hangat dengan aspa masih menyembul, “Setelah beberapa jam bekerja saya yakin nona Ellaine sangat letih, ini silahkan di minum” Nia sama sekali tak terkejut melihat perbuatan rekan kerjanya yang menggoda Ellaine di tengah jam kerja yang begitu padat. Rekan pria yang lain sengaja bersembunyi di balik tembok untuk merayakan kebodohan temannya, mereka yakin Ellaine tak akan tertarik dengan pria berwajah culun itu. Ellaine berdiri mendekati pria yang kelihatan culun itu, kemejanya sangat rapi di masukkan ke dalam celana. Model rambutnya pun sudah sangat ketinggalan jaman, ia menyisir rambutnya mirip Mr. Bean. Ellaine berdiri tegak di depan pria yang memiliki tinggi hampir sama dengannya itu. Wajah Ellaine yang minim ekspresi itu membuat suasana kantor mencekam, gadis itu kelihatannya sangat marah karena ada yang mengganggunya di tengah jam kerja berlangsung. Semua orang yang berada di sana tertegun dan khawatir bila rekannya akan di makan Ellaine hidup-hidup tak terkecuali Nia yang begitu tegang bila Ellaine melempar teh itu ke wajah rekan kerjanya. Semua perhatian para pegawai tertuju pada Ellaine, wainita itu benar-benar telah mencuri panggung sejak awal kedatangan dan sekarang para pegawai pria sudah ada yang berani menggodanya secara terang-terangan. Benar-benar hawa berbeda yang begitu menakjubkan bagi para pegawai wanita, sekali lagi semua ingin melihat sang bidadari dingin itu memperlakukan orang lain, apa dia akan melempar tehnya atau akan menerima pemberian orang asing? “Siapa namamu?” tanya Ellaine datar. “Edi, nona. Nama saya Edi Purnomo, salam kenal nona” jawab lelaki itu gugup. Ellaine menerima segelas teh yang di genggam erat oleh Edi, Ellaine langsung meneguk minuman hangat dan manis itu di depan semua orang. “Ada apa? Apa rasanya nggak enak?” tanya Nia, kalimat pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutnya tanpa di sadari. Sorak-sorak teman pria Edi di belakang membuat keadaan makin kacau saja, Ellaine menatap wajah-wajah menyebalkan di belakang tembok seolah menunggunya menyiramkan sisa teh di muka Edi. Namun Ellaine malah membuat mulut mereka semua tertutup rapat, ia tersenyum begitu manis pada Edi yang sudah baik sekali memberinya minuman. “Makasi ya, tehnya sangat manis mirip kamu” kata Ellaine. Tanpa di sadari Ellaine mendekati Edy dan berbisik sesuatu yang tak bisa di dengar oleh siapapun di ruangan itu, tentu saja perbuatan Ellaine makin menghebohkan di hari pertama ini. Edy berteriak kegirangan setelah Ellaine menjauhkan tubuhnya. ‘Hah, dia habis ngapain sama Edy? Kenapa nona Ellaine sama sekali nggak terganggu ada lelaki yang menggodanya?’ tanya Nia dalam hati. Wanita super cantik itu kembali bekerja setelah mengeluarkan jurus ampuhnya, Nia mulai mendengar para rekan kerja wanita bergunjing berkata buruk tentang Ellaine tapi Nia benar-benar tak menganggap apa yang di lakukan oleh Ellaine salah. Nia memberanikan diri untuk bertegur sapa dengan wanita menakjubkan di sampingnya, Nia dengar Ellaine adalah dokter sekaligus pengusaha yang sangat mumpuni Mungkin saat inilah Nia harus bekerja keras demi menjadi sosok yang ada di sampingnya ini, bekerja sampai titik darah penghabisan dengan memperjuangkan masa mudanya. Dengan begitu mungkin ibu dan dirinya akan terbebas dari kemiskinan, kebahagiaan tiada tara layaknya hidup Ellaine.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN