Rafael menggertakkan giginya berkali-kali, ia menatao gedung tenpat Nia biasa bekerja namun jam sudah menunjukkan pukul lima sore kekasihnya itu tak kunjung nampak meninggalkan gedung. Sekali lagi Rafael melihat ponsel di tangan, tetap tak ada satupun pesan masuk dari Nia. Rafael memburu napas tak sabar, ia ingin lekas bertemu dengan gadisnya, “Nia sampai kapan kamu mau menghidariku?” gumam Rafael. Tak sampai dua menit setelah ia mengatakannya, Henry datang dari arah basemen kantor mengendarai motor kesayangan. Henry sengaja turun mendekati Rafael yang kelihatan bingung, meskipun Rafael sendiri tahu Henry menyukai Nia namun Rafael tak mau menganggapnya saingan. “Apa yang kamu lakukan disini, tuan muda Rafael?” “Kenapa pula kau memanggilku dengan sebutan itu?” sahut Rafael sedikit tak s