Adys ternganga. "Bisa jelaskan ini, Adysti?" tanya Adyt dengan tatapan tajam ke wajah Adys, dan jari menuding ke arah foto yang berserakan di atas tempat tidur. "Itu ... itu ...." "Itu apa? Apa yang kamu lakukan dengan dia di belakangku?!" Adyt berteriak, dengan tatapan mata menyalak marah. Adys mendongak, ia menatap Adyt. "Maling, selalu berteriak lebih keras menuduh orang sebagai maling, untuk menutupi kesalahannya, iya kan, Bapak Adyt yang terhormat!" Suara Adys tak kalah keras, ditantang tatapan tajam Adyt, tak kalah tajamnya. "Apa maksudmu?! Kamu ingin mengatakan, kalau aku maling yang sudah menuduhmu sebagai maling. Apa maksudmu?!" teriak Adyt semakin gusar, karena tuduhan Adys. "Kamu punya otak untuk berpikir, punya hati untuk merasa. Pikirkan saja sendiri!" Adys mengambil