Jenita sudah meletakkan mangkuk bubur yang telah kosong di meja samping brankar. Ia baru saja menyuapi Saiful yang makan begitu lahap. “Papa mau makan buah?” Jenita menawari. “Sudah cukup, papa sudah kenyang,” jawab Saiful menatap sang puteri dengan berbagai perasaan berkecamuk. Tian yang sejak tadi duduk di samping kiri atasannya berdiri. “Jenita, saya harus ke kantor, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan,” pamit Tian yang diangguki oleh Jenita. “Nanti saya akan minta Pak Rohim jemput kamu.” “Kamu? Bung Tian panggil Jenita, kamu?” Saiful cukup terkejut mendengar Tian menyebut Jenita tanpa embel-embel Mbak. Tian kembali duduk. Ia menimang sebentar untuk menjawab rasa penasaran Saiful. “Saya ….” “Jenita yang meminta Bang Tian untuk memanggil nama saja, Pa. Bang Tian kan sudah sep