Bab 41.

1106 Kata

Berusaha mengenyahkan rasa panik, Jenita mengantarkan minuman untuk para tamunya. Ia meletakkan empat cangkir berisi teh hangat dan bolu gulung yang dibuatnya siang tadi. Suasana ruang tamu yang sempat hangat diisi perbincangan para pria, mendadak hening dengan kedatangan Jenita. Saiful sendiri begitu haru menatap wajah sang putri. Ya, meski pada kenyataannya Jenita bukanlah putri kandungnya, tetapi Saiful masih menganggap jika Jenita layaknya putri sendiri. Terlebih setelah apa yang dilakukannya pada Jenita dan Anita, membuat Saiful dirundung dosa ribuan hari. “Silakan dinikmati,” ucap Jenita yang kini memosisikan duduknya di sebelah Tian. “Terima kasih, Mbak Jenita.” Alex yang menjawab sopan. Ruang tamu sejenak hening, karena masing-masing kepala dirundung kecanggungan. Tian akhirn

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN