8. Menjelajah 1

1009 Kata
Keesokan harinya, Yaksa membersihkan kamar kakeknya. Sekalian ia mencari buku-buku usang yang kata kakeknya berada disana. Banyak benda-benda aneh yang disimpan kakeknya. Yaksa mengumpulkan benda aneh menjadi satu. Ia akan cari tau benda-benda apa itu. Dan kegunaannya untuk apa saja. Menurut Yaksa, benda-benda itu sangat unik dan sangat mistis. Yaksa juga menemukan buku usang di bawah tempat tidur kakeknya. Secepat kilat Yaksa membawa ke kamar. Tulisan-tulisannya menggunakan huruf jawa pegon. Yaksa harus menerjemahkannya lagi. "Yaksa, siapa yang membersihkan kamar kakek?" tanya Nainira membuka kamar anaknya. Yaksa langsung memasukkan bukunya dalam laci. "Yaksa, bu." jawabnya pelan. "Kamu sembunyikan dimana barang-barang kakek?" Yaksa membulatkan matanya. Apa iya dia harus jujur pada ibunya? Tapi, kakeknya sudah mengamanahi dirinya untuk menjaga peninggalan-peninggalan kakeknya. Bagaimana kalau arwah kakeknya marah. "Yaksa tidak tau," jawab Yaksa akhirnya. "Jangan berbohong, Yaksa!" Nainira mengamati sudut sudut kamar anaknya. Ia menemukan kantong besar yang dia yakini milik Bapaknya. Dengan tergesa-gesa, Nainira mengambilnya. Membawa keluar barang-barang itu. "Bu, mau dibawa kemana? Jangan dibuang!" Yaksa mengejar ibunya. Ia tidak rela kalau barang-barang kakeknya dibuang begitu saja. Yaksa akan menggunakan itu untuk menjelajah duni lain. "Diam ditempat Yaksa!" bentak Nainira keras. Yaksa berjingkat kaget. Tampak bisa ia lihat, ada amarah menggebu pada mata ibunya. Yaksa diam. Membiarkan ibunya merongsokkan barang-barang kakeknya. Mau mencegah dan melawan, ia takut durhaka. Ibunya merongsokkan tanpa perasaan barang-barang kakeknya. Untung saja buku kumpulan mantra ajian tidak raib dibawa ibunya. Yaksa berbalik ke kamar. Membuka kembali bukunya. Ia duduk di ranjang sambil membuka situs isternet. Mengartikan buku yang sangat tebal itu. Yaksa tak habis pikir. Berapa tahun kakeknya berkelana sampai mempunyai buku sebesar ini. "Menjelajah alam lain," Yaksa membaca buku itu pelan-pelan. Pria berumur duapuluh tahun itu mempelajari dengan seksama. Terlihat mudah, tapi ia belum mencoba. Mahluk astral atau mahluk halus, sebenarnya hidup berdampingan dengan manusia. Mereka juga sangat dekat. Hanya saja indra manusia tidak bisa melihatnya secara langsung. Kehadiran mahluk supranatural pun, juga kerap memberi sinyal atau tanda-tanda. Seperti bulu kuduk berdiri, badan merinding, dan hebusan angin yang tampak kuat. Sebenarnya kita bisa melihat wujud setan tanpa harus menggunakan mantra. Caranya, pertama harus menyiapkan mental. Sehat jasmani dan rohani. Kedua, mulai meditasi dengan duduk bersila di tempat angker. Siapkan lilin bila meditasi dilakukan malam hari. Dan jangan lupa untuk membawa garam dapur. Garam dapur dapat dipercaya sebagai pengusir setan. Kalau ada setan yang mengejar, lemparkan garam dan setan akan menghilang. Setelah lama mempelajari buku-buku itu, Yaksa keluar dari kamar. Membantu ibunya di dapur. Di daerahnya, kalau orang meninggal, akan ada yasinan dan kenduri selama tujuh hari. Bermaksud mendoakan arwah orang yang baru meninggal, biar tenang disana. Saat setelah magrib, orang-orang berbondong datang ke rumah Yaksa. Yaksa berdiri di depan menyalami para tamu. Sliwar-sliwer Yaksa melihat bayangan putih yang berkelebat. Yaksa membiarkan. Pura-pura tidak tau. Saat semua sudah masuk rumah, Yaksa berada di teras sambil menata sandal agar tidak berserakan. "Kakek!" panggil Yaksa saat melihat kakeknya duduk di kursi luar sambil membawa tongkatnya. "Yaksa, ikut ibu ke belakang!" Nainira menggeret Yaksa. Sebelum pergi, Nainira sempat menatap tajam jin jahat yang sedang menyamar jadi Bapaknya. "Bu, aku lihat kakek," ujar Yaksa pelan. "Saat ngaji dulu, kamu kemana aja Yaksa?" tanya Nainira sinis. "Maksud ibu apa?" balas Yaksa yang ganti bertanya. "Tidak ada kakekmu disana. Kalau orang mati, jasasnya dikubur di tanah, sedangkan rohnya di alam barzakh. Jangan mau terus-terusan dibodohi dengan khayalanmu!" omel Ibu Yaksa tajam. Yaksa menunduk mendengar penuturan ibunya. Memang benar. Dia dulu pernah belajar itu. Tapi, namanya orang penasaran bagaimana lagi. Setelah acara kenduri selesai, Khanza melepas baju kokonya. Memasuki kamar, ia dikagetkan dengan buntalan plastik yang berisi barang kakeknya. Bukankah tadi sudah dibuang ibunya di rongsokan?kenapa sekarang balik lagi. "Ibu!" panggil Yaksa kembali keluar kamar. "Kenapa teriak-teriak?" tanya Nainira yang kaget. Dia sedang beres-beres perkakas, tapi anaknya malah teriak-teriak. "Ibu tadi rongsokin barang-barang kakek kan?" tanya Yaksa memastikan. "Iya. Kanu sendiri juga tau kan? Kalau kamu mau mencari, cari aja sampai ketemu." jawab Nainira. "Oh enggak kok, bu. Cuma mastiin aja." jawab Yaksa. "Yaksa ke kamar dulu, bu." tambahnya lagi. Nainira mengangguk. Membiarkan anaknya istirahat. Yaksa masuk ke kamarnya. Bungkusan itu tetap ada disana. Kira-kira, siapa yang mengembalikan barang itu? Atau barang itu bisa jalan sendiri. Yaksa menghela nafas. Seketika ia merinding. Ini sungguh seperti di film-film horor yang pernah dia tonton. Barang mistis akan kembali ke pemiliknya, sejauh apapun tempatnya dibuang. Yaksa akan memikirkannya besok, saat ini ia akan istirahat dulu. Dialam mimpi Yaksa, Yaksa bertemu dengan kakeknya. Kakeknya sedang nembang sambil mendayu-dayu. Suara nyanyiian langgam jawa dari kakeknya sangat terdengar merdu. Mimpi adalah bunga tidur. Ada mimpi sebagai pertanda, ada mimpi dari Pencipta dan ada mimpi dari jin yang menyesatkan. Konon katanya, kalau orang bertemu orang mati dalam mimpi, dimana orang matinya itu tidak berbicara, maka memamg benar orang mati itu ingin menemuinya. Tapi, kalau orang mati itu berbicara, itu hanya syetan yang menyamar. Yaksa terbangun dari tidurnya. Baru saja kakeknya meninggal kemarin, tapi dia sudah dhantui berkali-kali. Jam masih menunjukkan pukul duabelas malam. Karena tidak bisa tidur, Yaksa membuka bukunya kembali. Ia mempelajarinya. Dan akan mepraktikkannya besok. Semoga Yaksa bisa membuka mata batinnya. Bisa melihat dengan jelas mahluk-mahluk yang membuatnya penasaran. Menurut cerita salah satu temannya yang mempunyai indra keenam, katanya melihat berbagai mahluk itu juga sangat mengerikan. Ada yang baik rupanya dan ada yang buruk pula. Mendapat ceritanya dari teman, makin membuat Yaksa yakin. Syarat pertama untuk masuk dan membuka pintu mata bathin, adalah kesiapan mental. Dan Yaksa yakin mentalnya kuat dan siap. Ia sudah pernah mengalami hal mistis saat bertapa di gunung. Mungkin, membuka dan menjelajah dunia lain bukan perkara yang menakutkan. Rasa jumawa Yaksa kembali kambuh. Merasa hebat dengan apa yang akan dia lakukan. Sesosok buruk rupa menatap khanza dari pojok ruangan. Matanya yang hampir jatuh mengenai pipi dan berdarah-darah, membuat siapa saja yang melihatnya, pasti akan histeris dan berakhir pingsan. Mahluk itu hanya diam. Ia juga tak bermaksud menampakkan diri pada Yaksa. Hanya mengawasi tingkah polah manusia itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN