7. Menjelang kematian kakek

1046 Kata
Pernah dengar cerita, kalau orang yang mempunyai ajian maupun susuk, akan sulit mati? Itu memang benar adanya. Seperti saat ini yang dirasakan Joyo. Tiba-tiba, badan Joyo menggigil hebat. Peluh sebiji jagung membasahi pria tua itu. Tangannya seperti meraih-raih sesuatu. Kyai dan beberapa warga membaringkan Joyo ke lantai. Kepala di selatan, dan kaki di utara. Mereka membacakan surah Yasin untuk Joyo. Untuk membantu memudahkan Joyo dalam menghadapi sakaratul maut. Sekarat pati atau sakaratul maut. Sudah dijelaskan dalam kitab, kalau rasanya sangat sakit. Seperti semua organ dalam ditarik dengan menggunakan kawat dengan keras. Orang syirik, musrik, digadang-gadang akan merasakan sakaratul maut yang paling sakit. Joyo menggerak-gerakkan tangannya keatas. Seolah sedang meraih sesuatu. Joyo seoalah melihat barang yang disukainy. Dan berusaha meraihnya. Yaksa menangis memegang kaki kakkenya. Kemarin, kakeknya tampak masih sehat. Kemarin juga, kakeknya masih pergi ke sawah. Tapi tiba-tiba. Joyo terbujur lemah dengan erangan-erangan yang keluar dari mulutnya. "Kita ambil jimat-jimat yang melekat pada tubuhnya." ucap pak kyai memegang lengan atas Joyo. "Ambil aja. Dan buang yang jauh, Pak Kyai." ujar Nainira. Bukan hanya mempunyai jimat buntalan. Tapi Joyo juga memasang berbagai jimat di tubuhnya. Saat ini, Joyo menyesal. Kakek Yaksa itu merasakan tubuhnya disiksa habis-habisan. Sakaratul maut sudah sejak pagi. Tapi, sampai sore nyawanya tak kunjung bisa terlepas. Napas Joyo naik turun dengan tidak teratur. Matanya terbuka lebar dengan mulut terus meracau. Yaksa menangis sambil menggigit bibirnya keras. Kakek yang ikut membesarkannya, kini sedang diambang kematian. "Lihat itu, Yaksa. Kalau kamu mempunyai jimat, matimu juga sulit!" bisik sebuah suara gaib yang membuat Yaksa merinding. "Arghhgh!" Yaksa jatuh terduduk saat tiba-tiba dadanya seperti dihantam besi panas. Tapi, orang-orang tak ada yang melihatnya. Yaksa kesakitan sambil memegang dadanya. Mau minta tolong, tapi bibirnya kelu. Kenapa tidak ada yang menyadari kalau dia sedang kesakitan?. Yaksa tidak tau. Dibalik dadanya yang sakit. Ada perpindahan mahluk supranatural dari tubuh kakeknya, ke tubuhnya. Mahluk-mahluk halus itu menempel, mengikuti Yaksa. Pemiliknya yang menyuruh mereka untuk ikut bersama Yaksa. Tepat setelah Yaksa bangun dari jatuhnya, Roh Joyo tercabut. Badan Joyo kaku seketika dengan mulut menganga dan mata melotot. Pak Kyai mengusap wajah Joyo. Akhirnya mata Joyo pun ikut tertutup. Yaksa tak ikut dalam kremasi kakeknya. Ia berdiri di pojok ruangan seorang diri karena dadanya nyeri. Ia juga takut terjadi apa-apa pada dirinya sendiri. Fokusnya tidak lagi pada jenazah kakeknya, tapi pada rasa sakit di dadanya. Seseorang menjatuhkan sepucuk kertas didepan Yaksa. Yaksa memungutnya. Tulisan kecil yang berisi surat perintah. "Ikut ke pemakaman, ambil tanah kuburan kakek." Yaksa membaca surat kecil itu. Ia celingak-celinguk mencari sosok yang tadi menjatuhkan kertas itu. Tapi, sosok itu sudah menghilang. Padahal, Yaksa ingin menanyakan apa maksud dari sepucuk surat ini. Ikut ke pemakaman? Itu artinya Yaksa harus ikut mengantar jenazah kakeknya. Yaksa menggaruk telinganya yang tiba-tiba seperti mendapat bisikan. Tanah kuburan? Apa Yaksa harus mengambil tanah kuburan kakeknya. Lalu untuk apa? Yaksa dibuat bingung. Tapi lagi-lagi suara bisikan terdengar ditelinga Yaksa. Bisikan samar-samar seperti hembusan angin. "Bawa air kuburan dengan sepucuk kain." Dengan spontan Yaksa menjauh dari sudut tembok. Ia kaget mendengar bisikan yang sangat jelas. Bulu kuduknya berdiri semua. "Ini firasat perintah, atau cuma ilusiku?" batin Yaksa bermonolog. Tapi, kalau ilusi itu tidak mungkin. Bisikan yang didengar Yaksa sangat nyata. Yaksa mengedap-edap ke kamarnya. Mencari sobekan kain dan menyelipkan ke saku celanannya. Ia akan mencoba menuruti suara bisikan itu. Toh, mengambil tanah kuburan kakeknya sendiri, tidak akan sulit. Yaksa menunggu di depan rumah. Ia tidak terlalu tatag / berani, untuk membantu mengkafani kakeknya. Perasaan Yaksa atau memang benar. Angin sore hari ini terasa sangat kencang. Burung-burung kedasi yang biasa sembunyi di pepohonan depan rumahnnya pun, ikut keluar. Burung kedasi tanda malapetaka. Banya mitos yang beredar di masyarakat, tentang burung kedasi yang sangat licik. Kalau ada yang mendengar burung Kedasi berbunyi, esok harinya orang itu akan sakit. Bahkan, ada yang sampai berujung pada kematian. Bukan hanya licik untuk manusia. Tapi, burung kedasi juga sangat licik pada habitatnya dan jenis-jenis burung lainnya. Burung kedasi tidak pernah mau membuat sarangnya sendiri. Ia akan meletakkan telurnya pada sarang induk lain. Kalau disarang burung lain ada telurnya, burung kedasi tak akan segan untuk membuangnya. Burung Kedasi yang hidup di pepohonan depan rumah Yaksa, tidak pernah berbunyi ataupun mengoceh. Hanya sesekali saja menampakkan dirinya. Tapi hari ini, burung Kedasi keluar dari peraduannya. Berbunyi nyaring menjauhi habitatnya. "Kakekmu sudah meninggal, burung kedasinya pun juga pergi." kekeh suara seseorang ditelinga kiri Yaksa. Yaksa ingin menjerit karena lagi-lagi saat menoleh, ia tidak mendapati seorang pun. Saat sudah selesai disholatkan. Jenazah dimasukkan dalam keranda. Yaksa berjalan pelan dibelakang keranda kakeknya. Banyak mitos juga di daerah Yaksa. Kalau ada keranda yang sedang bergerak-gerak sendiri, padahal tidak ada yang menggerakkan, itu tandanya keranda meminta korban. Biasanya, esok hari akan ada orang mati. Setelah semua prosesi pemakaman dilakukan. Saat semua orang berbalik ke rumah masing-masing, Yaksa masih berdiri di pemakaman. Saat sudah sepi, Yaksa mengambil segenggam tanah diatas pusara kakeknya. Membungkusnya dengan kain yang dia bawa. Suara-suara aneh di pemakaman membuat Yaksa lari tunggang-langgang menuju rumahnya. Yang penting, ia sudah berhasil mengambil tanah kuburan itu. "Kakek!" pekik Yaksa saat kakeknya berdiri di ambang pintu sambil memiringkan kepalanya. Yaksa menggelengkan kepapanya. Kakeknya sudah meninggal. Lalu itu siapa?. Saat Yaksa mau menghampiri, Kakeknya sudah hilang bagai termakan angin. Yaksa menghembuskan nafasnya. Mungkin itu roh kakeknya. Konon katanya, roh orang mati tidak akan pergi dari rumah sebelum empat puluh hari.Roh orang mati akan berkeliaran di rumah sampai empat puluh hari, baru akan terbang ke langit. Nyatanya, tidak seperti itu. Roh yang sudah dicabut dari jasad, tidak akan berkeliaran di dunia. Roh dicabut dan dikumpulkan di alam barzah. Lalu siapa yang berkeliaran menghantui orang-orang? Bisa jadi itu syetan yang sedang menyamar, untuk menyesatkan manusia.. Roh diciptakan sebelum tubuh. Setelah Roh dicabut dari tubuh, Roh akan dikembalikan pada tempatnya di Alam Barzahk. Disanalah tempat roh menunggu hari akhir datang. Ibnu Hazm berkata, “Jadi benar bahwa roh-roh itu merupakan badan yang membawa tujuan-tujuannya untuk saling mengenal atau saling mengingkari. Mereka menyadari telah diistimewakan. Allah pun menguji mereka di dunia menurut kehendak-Nya lalu mematikannya. Tidak ada roh orang mati yang menghantui manusia, dan tidak ada pula roh orang mati yang menakut-nakuti. Iblis jahat, dan kumpulan setan lah yang menyesatkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN