Hendrik menyipitkan mata, tatapannya penuh kemarahan dan frustrasi. “Apakah mungkin Joseph sudah mengetahui kondisi perusahaan kita?” Terry menggeleng cepat. “Tidak mungkin, Kek! Masalah ini bahkan tidak diketahui oleh karyawan kita selain bagian keuangan. Jadi tidak mungkin Joseph mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.” Kakeknya mengangguk dengan dahi berkerut. “Lalu apa yang sudah kalian putuskan?” Terry menarik napas panjang, seolah mencari keberanian. “Aku rasa… kita harus bersiap untuk tindakan darurat. Jika Joseph masih menunda-nuda, kita harus meminta pertimbangan kakek Morgan. Bagaimana pun, kita tak bisa membiarkan perusahaan kehilangan kesempatan ini.” Hendrik akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah. Kita siapkan dokumen alternatifnya.” Terry segera melakukan perintah kakek