Joseph menghela napas, baru hendak membuka mulut untuk merespons, ketika tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Dia menoleh, sedikit terganggu. Berdiri dari kursinya, Joseph berjalan menuju pintu dan membukanya. Di depan pintu berdiri tiga pria seusia kakeknya, dengan rambut yang telah memutih. Meski usia mereka tampak jelas, semangat di mata mereka masih menyala terang. Joseph mengenali mereka, tiga tokoh senior dalam dunia bisnis yang namanya sangat berpengaruh. “Masuklah,” terdengar suara Pieter dari belakang Joseph. Ketiga pria itu masuk sambil tersenyum pada Joseph. Pieter menyambut mereka dengan senyum hangat dan pelukan persahabatan, seolah mereka adalah saudara lama yang sudah tak asing. Joseph menutup pintu dan mengikuti mereka kembali duduk di kursi di depan meja besar. Di