Bab 10 Rahasia Arsalan Daffa

1173 Kata
Besoknya aku menepati janjiku. Aku pulang bersama Arsalan. Aku mengekor Arsalan menuju parkiran sekolah. Kali kedua aku dibonceng oleh Arsalan. Lagi, Arsalan mengajakku ke bukit yang waktu itu. Apa ini tempat favoritnya? Setelah kami sampai di atas dan duduk di bangku panjang yang ada disana. Arsalan pun memulai ceritanya. "Ibuku menikah dengan Ayahnya Ardan, Pak Andri. Itu sebabnya dia begitu membenciku." "Jadi … kalian saudara tiri?" tanyaku memastikan. "Ya, bisa dikatakan seperti itu." "Oh … aku kira Kak Arsa dan Kak Ardan berebut Hanin. Karena kemarin Kak Arsa pulang bersama Hanin dan Kak Ardan menyinggungnya.” "Hanin adalah sepupuku, Falisha. Dia memintaku mengantarnya pulang, apa salahnya mengantar sepupuku sendiri?" Pantas saja Arsalan terlihat akrab mengobrol dengannya, ternyata mereka saudara. Bisa-bisanya aku cemburu tanpa bertanya lebih dulu. "Maafkan aku, Kak." Sudah pasti wajahku memerah malu saat ini. "Tidak apa-apa. Aku suka kamu cemburu, berarti kamu juga menyukaiku,” ucap Arsalan percaya diri. "Aku tidak mengatakan aku cemburu,” sangkalku. "Sudah kubilang, sikapmu mengatakan hal yang sebaliknya." Aku mengalihkan pembicaraan. "Ada lagi yang ingin Kakak ceritakan padaku?" Arsalan menghela napas panjang. "Ayahku meninggal karena kecelakaan saat aku kelas empat SD. Ibuku hanya guru honorer, Fal. Dia berusaha membesarkanku seorang diri. Dia bertemu Pak Andri saat mengajar di salah satu sekolah, itu terjadi ketika aku SMP. Padahal Pak Andri saat itu Pak Andri masih memiliki istri ...." Arsalan menatap lurus ke depan. "Jadi Pak Andri berpisah dengan Ibunya Kak Ardan karena menikahi Ibu Kak Arsa?" Arsalan mengangguk. "Sialnya, aku dan Ardan malah satu SMA. Akhirnya kami bertemu dan tidak berhubungan baik." "Pasti Kak Ardan merasa sakit hati ...," gumamku. "Kamu benar. Makanya ibuku tidak suka jika aku dekat dengan perempuan yang dianggap tidak setara denganku. Ibuku mengira aku hanya dimanfaatkan atau apa lah itu." "Sepertinya Bu Rianti takut kejadian yang menimpanya terjadi pada Kakak. Maaf, maksudku ... dia menikahi Pak Andri dan akhirnya bisa seperti sekarang?" Aku menebak Ibunya Arsalan mendekati dan menikah dengan Ayahnya Ardan untuk 'naik level'. Mungkin itu sebabnya Bu Rianti takut aku hanya mendekati Arsalan untuk naik level seperti beliau. Padahal aku sama sekali tidak berniat seperti itu. "Tapi sebenarnya Fal ... rumah tangga ibuku tidak berjalan baik. Pak Andri memang gemar mendekati wanita-wanita, entah Ardan tahu fakta ini atau tidak. Ibuku hanya salah satu wanita yang didekatinya, namun ibuku terus mendesak untuk dinikahi. Setelah menikah dengan ibuku pun, beliau masih menjalin hubungan dengan beberapa wanita. Hampir setiap hari mereka ribut dan bertengkar. Itu sebabnya mereka jarang di rumah karena menghindari bertemu satu sama lain. Dan aku yang menjadi korban ... aku kesepian." Arsalan menatapku. "Tapi semenjak bertemu denganmu, aku tidak merasa kesepian lagi. Jadi tolong jangan menghindariku, Falisha." Aku terperanjat mendengar fakta ini. "Lalu apa yang membuat Ibu Kak Arsa tetap bertahan? Padahal rumah tangganya tidak bahagia." "Aku pernah bertanya padanya, dan jawaban ibuku karena aku. Biar saja ayah tiriku itu menjalin hubungan dengan wanita manapun, yang penting kebutuhanku tercukupi, bahkan lebih dari cukup." Nada Arsalan terdengar kecewa. "Tapi kurasa, Bu Rianti juga dapat membiayai hidup Kakak jika bercerai." "Aku kira juga begitu, tapi ibuku hanya Kepala Sekolah. Sedangkan Ayahnya Ardan bukan hanya Kepala Sekolah, dia memiliki beberapa bisnis. Jika ibuku bercerai, aku akan kehilangan segala fasilitas yang kudapat selama ini. Ibuku tidak mau hal itu terjadi." Aku sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku kira kisah hidup Arsalan indah, tapi nyatanya sama rumitnya denganku. Hanya perbedaannya, semua kebutuhan Arsalan tercukupi bahkan lebih. Ibunya sepertinya mementingkan kenyamanan anaknya dari pada dirinya sendiri. Bu Rianti mengabaikan rasa sakit hatinya demi anaknya. Namun beliau lupa, ada hati wanita lain beserta anaknya yang juga merasa sakit hati, karena Bu Rianti mengambil suami sekaligus ayah orang lain. Jika aku menjadi Ardan pun pasti akan merasa sakit hati. Aku jadi iba pada keduanya, pada Arsalan dan juga Ardan. Sebenarnya mereka hanya korban, kalau dilihat dari penilaian subjektifku. Sampai aku lupa mengiba diriku sendiri, yang bahkan kisah hidupnya lebih menyedihkan. "Apa Ibu Kak Ardan sudah menikah lagi?" Arsalan mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu, Fal.” Aku tidak bertanya apa-apa lagi. Aku menepuk-nepuk bahu Arsalan. "Maafkan aku tidak tahu apa-apa tentang Kak Arsa. Aku kira Kakak memiliki keluarga yang bahagia." "Jangan menghindariku lagi, Fal." Arsalan menatapku lekat-lekat. "Jangan tinggalkan aku, ya?" lirihnya. "Tapi, Kak--" Arsalan menaruh jari telunjuknya di depan bibirku. "Aku tidak suka penolakan, Falisha." Aku pun diam tidak menyahut. "Satu lagi, jangan dekat-dekat Ardan. Aku tidak suka!" tegasnya. Aku tidak sanggup menahan tawaku. "Kenapa malah tertawa?" Arsalan cemberut. "Kak Arsa cemburu," ejekku. Aku tidak cemburu." Arsalan mengelak. "Aku khawatir padamu." "Baiklah ... baiklah ...." Aku mengatupkan mulutku rapat-rapat agar tidak tertawa lagi. Akhirnya aku dan Arsalan berbaikan, tapi kami setuju untuk menjaga jarak ketika berada di lingkungan sekolah. Jika ingin bertemu pun tidak di taman kompleknya lagi. Arsalan berkata akan mengunjungi rumah Nenek Ana. *** Ardan terlihat berdiri di gerbang sekolah, namun aku melangkah begitu saja pura-pura tidak melihatnya. "Falisha!" sapanya. "Aku menunggumu tapi kamu malah mengabaikan aku?" "Untuk apa Kakak menungguku?" tanyaku ketus. "Hmm ...." Ardan bingung menjawab pertanyaanku. "Aku ingin mengajakmu makan di kantin." "Maaf, Kak. Aku bawa bekal." Aku berusaha berjalan, namun Ardan menghalangi jalanku. "Apa kamu menghindariku karena Daffa? Apa yang sudah dia katakan padamu?" cecarnya. "Ini tidak ada hubungannya dengan dia, Kak." Ardan menarikku ke belakang sekolah. "Lepas, Kak!" Aku menghempaskan tangannya. "Apa kamu tahu Bu Rianti itu perebut suami orang?!” Nada Ardan meninggi. Aku diam tidak menjawab. "Sepertinya kamu sudah tahu," ketusnya. "Dan kamu tetap memilih bersamanya? Yang aku tahu, Bu Rianti tidak suka jika anaknya dekat dengan perempuan yang tidak setara dengannya. Sepertinya beliau lupa bagaimana dirinya dulu." "Kak!" tegurku. "Ini bukan kesalahan Kak Arsa. Kenapa Kak Ardan begitu membencinya?" "Aku membencinya karena dia anak wanita yang merebut ayahku!" teriak Ardan. Aku memperingatkan Ardan. "Jangan mendekatiku hanya karena Kak Ardan ingin membalas dendam pada Kak Arsa.” "Aku bahkan tidak tahu sebelumnya kamu dekat dengan dia. Aku memang tertarik denganmu." Ardan memajukan satu langkah lebih dekat denganku. "Dan fakta kamu dekat dengan Daffa, aku jadi semakin tertarik." Aku mengambil sikap waspada. Takut-takut Ardan melakukan sesuatu. "Hentikan semua ini, Kak. Aku tidak tertarik!" pungkasku lalu pergi meninggalkan Ardan, untungnya dia tidak lagi mengejarku. Aku berpapasan dengan Arsalan dan itu membuatku kaget. Seperti sedang tertangkap basah menyembunyikan sesuatu. Aku berjanji akan menghindari Ardan, tapi sepertinya aku merasa sudah melanggarnya. Semoga saja tidak ada yang melihatku dan Ardan di belakang sekolah tadi. Jika ada yang melaporkannya pada Arsalan, dia pasti marah. "Kenapa kamu begitu terkejut melihatku? Memangnya aku hantu?" "Ah, tidak apa-apa, Kak." Aku tersenyum menyembunyikan kegugupanku. Untungnya bel tanda masuk berbunyi. Aku segera berpisah dengan Arsalan menuju ruang kelas kami masing-masing. Sesampainya di kelas aku bernapas lega. Aku ingin bersekolah dengan tenang, tapi malah mendapat masalah rumit disini. Diperebutkan dua orang laki-laki? Apa itu sebuah prestasi? Tentu saja bukan. Aku harus fokus pada tujuanku. Aku harus belajar dengan giat dan mendapatkan beasiswa untuk kuliahku agar tidak merepotkan Nenek Ana. Aku harus tegas memperingatkan Ardan untuk tidak mendekatiku. Pertama, karena aku menyukai Arsalan. Kedua, aku bukan barang yang diperebutkan. Ketiga, aku tidak ingin mereka berdua terlibat masalah hanya gara-gara gadis sepertiku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN