Sore harinya, Bagas segera menghubungi Icha. Ponselnya baru dibuka setelah semalaman sengaja ia matikan agar tidak ada yang mengganggu. Beberapa notifikasi langsug beruntun masuk ke dalam ponsel milik Bagas. Notifikasi pesan masuk dan bahkan notifkasi panggilan masuk yang tak terjawab. "Telepon siapa, Gas?" tanya Maya yang sama sekali tia tahu kalau Bagas sudah menikah. "Eum ... Temen," jawab Bagas begitu gugup langsung mematikan sambungan teleponnay kepada Icha. "Temen? Tumben banget? Temen kampus?" tanya Maya lagi seolah sedang menuduh Bagas. Padaha niat Maya hanay betanay dan ingin tahu saja. Tapi, Bagas yang menyembunyikan sesuatu malah semakin nampa gugup ketautan. Inilah yang membuat Maya semakin curiga. "Ya ... Kan aku udah janji sama kamu, May. Kalau aku mau berubah menjadi