Icha tetap duduk di kursi jok mobil milik io. Ia mennagis dengan derai air mata yang deras. Iba? Tentu saja! Tio sangat iba sekali melihat Iha yang seperti ini. Ia ta pernah menyangka kalau akhir erita cinta mereka yang sudah berjalan tahunan itu harus berakhir pada sebuah keputusan perpisahan. Kasihan? Sudah pasti! Hati Tio seperti tersayat -sayat melihat Icha yang menanis terisak dan bahkan bahunya sampai bergetar. Hidupnya begitu malang sekali. Menikah karena paksaan dan sekarang ia dibentak oleh kekasihnya sendiri. Sungguh nikmat sekali nasibnya. "Turun Icha. Aku akan belajar mengiklaskan kamu," jelas Tio dengan wajah memerah penuh rasasesal. Andaikan waktu bisa terulang. Malam itu sudah ia habisi Icha. Bukankah malam itu, Icha sendiri yang meminta untuk direnggut keperawanannya?