48. Pengakuan Tanpa Rencana

1001 Kata

"Jadi ... saya boleh pergi, kan?" "Jadwal pulangmu satu jam lagi?" Aku mengangguk. "Iya." "Nanti ketemu di lobi. Kita pulang bareng." Tak ada yang sanggup aku bantah kecuali menganggukkan kepala tanda jika aku menyetujui apa yang Tuan Bumi minta. Keluar dari dalam ruangan tak menyurutkan senyuman di bibirku. Benarkah aku sedang jatuh cinta? Jatuh cinta pada seorang duda yang memiliki usia hampir sama dengan bapakku. Mantan duda yang sudah resmi menikahiku. Meksipun duda tapi Tuan Bumi lebih dari sekedar mempesona. Bukan duda tua yamg sudah peot dan tak ada menariknya. Ini beda. Mungkin jika aku benar-benar bersanding dengannya, tak akan terlihat dengan jelas perbedaan usia di antara kami berdua. Aku kembali memasuki lift dan turun di lantai terbawah tempat di mana markas divisi clean

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN