33

1116 Kata

Ashar berjalan mengendap, di belakangnya ada Brandon dengan gaya dan style yang sama. Dua pria itu sangat terlambat dalam menjalankan rencananya. Mereka terjebak dengan perdebatan konyol mengenai seragam yang sepantasnya mereka gunakan kala beraksi. Aksi ini benar-benar dramatis sekali. Sebagai kameramen andalan, Willy bahkan ingin memutuskan resign saja dari niatnya mempermalukan dua manusia yang dasarnya sudah hina dina ini. “Kok rumah lo udah gelap sih, Sar?” tanya Brandon curiga. Pasalnya di luar sedikit terang. Perjalanan mereka pun ditemani lampu-lampu kota indah yang bertaburan ditengah malamnya Kota Jakarta. ‘Ya gimana mau nggak gelap! Tengah malem!’ Seandainya Willy dapat mengatakannya. Ia terlalu horror dengan tingkah kedua sahabatnya. Seharian penuh, nyawanya hampir melayang.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN