Suasana di restoran itu mendadak tegang. Keceriaan yang sedari tadi mengisi ruangan seketika memudar sejak kehadiran Zeron yang tanpa basa-basi menarik tangan Sonya dan mengajaknya pulang. Bukan seperti biasanya, kali ini Sonya tak menunjukkan rasa segan. Dia menepis tangan Zeron dengan satu sentakan ringan, lalu mengembuskan napas panjang penuh kejengkelan. "Tidak lihat aku sedang makan?" Tatapannya tak gentar, bahkan berani menatap Zeron lurus-lurus. Tidak ada ketakutan, tidak ada kepatuhan. Yang tersisa hanyalah keteguhan hati dan kejenuhan yang memuncak. Adegan itu tentu saja disaksikan oleh semua orang di sana, termasuk beberapa staf kantor yang mengenal Zeron dengan cukup baik. Mereka tahu siapa pria itu, tahu betapa sulitnya menghadapi amarah atau dominasinya. Namun malam in