Permintaan yang dulu kerap Galen minta kini kembali meluncur deras dari bibir mungilnya, tak biasanya diiringi tangisan histeris yang tak kunjung berhenti. Sonya dilanda kebingungan mendalam, tak habis pikir apa gerangan yang melatarbelakangi ledakan emosi sang putra. Setahunya, sudah cukup lama Galen tak pernah lagi menyebut-nyebut soal papa. Menghadapi situasi ini, Sonya tak tahu harus berbuat apa, berusaha menenangkan Galen dengan pengertian yang sama seperti biasanya. “Ehm, Galen ... Galen kan tahu Papa kerja, nanti kalau sudah selesai pasti pulang kok,“ ucap Sonya, suaranya berusaha selembut mungkin meski hatinya dipenuhi cemas. Biasanya, penjelasan itu cukup untuk membuat Galen mengerti dan menanggapi. Namun, kali ini berbeda. Galen justru semakin berontak, tubuh kecilnya meng

