Malam ini, langit terlihat mendung seolah menggambarkan isi hati Sonya. Setelah sempat menggalau, Sonya akhirnya tiba di restoran langganannya. Tempat yang biasa dia datangi saat pikirannya terlalu berat, dan batinnya terlalu sesak untuk ditampung sendiri. Di sinilah, biasanya, sepotong steak panas dan segelas iced lemon tea menjadi teman setianya menjadi pelarian sejenak dari dunia yang kian rumit. Tapi malam itu berbeda, rasanya agak hambar. Sonya memandangi piringnya, lalu mengelus perutnya pelan. Perut kecil yang belum terlalu tampak, tapi keberadaannya terasa nyata dalam setiap napas, setiap denyut rasa bersalah dan ketakutan. "Kamu bosan makan ini, Sayang?" gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan. Wanita itu tersenyum kecil, seolah sedang bercakap dengan janin dalam kandungan