Hari-hari berlalu tanpa warna. Hampir dua minggu sejak kejadian di rumah sakit itu, Zeron sama sekali tak bertemu dengan Sonya. Dia tak mencarinya, tak bertanya-tanya pada siapa pun, bahkan tidak membuka percakapan tentangnya. Seolah waktu telah membekukan bagian dalam dirinya, bagian yang selama ini terisi oleh kehadiran Sonya. Surat panggilan dari Pengadilan telah tiba dua hari yang lalu dan masih tergeletak di atas meja kayu gelapnya, belum dipindahkan. Sudah entah berapa kali dia membuka surat itu, membaca ulang baris-baris kalimat formal yang rasanya terlalu dingin untuk Zeron baca. Tangannya kembali meraih kertas itu. Ditatapnya logo pengadilan dengan tatapan kosong. Tak ada reaksi, tidak ada penolakan dan tidak ada upaya untuk menghindar. Pagi, siang, bahkan malam, semua berl