Pasca kedatangan Lutvia, suasana hati Zeron benar-benar ambyar. Sekacau itu hingga ia sendiri kesulitan mengembalikan fokus pada pekerjaan. Dia berusaha menepis sisa amarah dan kekesalan yang tertinggal, tapi entah kenapa, emosi itu terus menggantung di da-danya, mengendap tanpa izin dan mencemari harinya yang tadinya sempat cerah karena Sonya. Belum juga separuh agendanya terlewati, tepatnya usai rapat dengan divisi pengembangan produk, Zeron tampak uring-uringan. Wajah Zeron muram, pandangannya kosong, dan bibirnya terkatup rapat, menyiratkan kesal yang menumpuk dan siap meledak kapan saja. Dengan langkah besar dan tergesa, ia kembali ke ruangannya dan langsung menjatuhkan tubuh ke kursi kebesaran yang seolah ikut menghela napas bersamanya. Boby yang sedari tadi menunggu di balik