Dan, belum sempat Sonya bicara lagi, Laskar sudah berlalu dari hadapannya dan memilih untuk bergabung bersama Dikta dan teman-temannya yang lain.
Langkahnya tenang, punggungnya tegap seperti biasa, tapi Sonya tahu, ada banyak yang tak terucap dalam kepergian diam-diam itu.
Sonya hanya bisa memandangi punggungnya yang menjauh, membiarkan perasaan bersalah menggantung di antara mereka.
Bukan karena dia ingin menyakiti Laskar, melainkan karena situasi memaksanya untuk memilih arah yang tak pernah ia rencanakan sejak awal.
Dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih belum beraturan sejak awal pertemuan tadi.
Entah kenapa, semua percakapan itu membuat hatinya sedikit terluka jujur saja.
Pesta tetap berlangsung, musik berganti ke lagu yang lebih syahdu, ta
