Dafa mengangkat tangannya dan menyapa. “Hai.” Sambil berjalan ke arah Ruby. Ia kemudian menarik kursi di sisi ranjang lalu duduk. “Masih mengingatku?” tanya Dafa kemudian mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. “oh, ya, di mana paman dan bibi? Dan … kakakmu?” Sambil menatap saat mengucapkan kata terakhir. Ruby hanya diam tanpa berhenti menatap Dafa. Ia mencoba mengingat tapi kepalanya justru terasa nyeri. “Ahs, sssh ….” Ruby meringis dengan tangan memegangi kepala. Ia sudah bisa mulai leluasa menggerakkan tubuhnya kecuali kaki yang memang mengalami luka cukup serius. Dafa segera bangkit berdiri dan tampak cemas. “Hei, apa yang terjadi? Jangan terlalu memaksakan diri. Tidak apa-apa jika kau tak ingat padaku. Jangan memaksakan dirimu,” ujarnya. Ia pikir Ruby merasakan sakit kepala k