Desi tak bisa berhenti berdebar hingga motor Sultan berhenti di depan kontrakannya. Ia turun dari motor pria itu dengan malu-malu dan kehabisan kata-kata. Ia ingin bicara, tetapi ia tak tahu apa yang sebaiknya ia luncurkan dari bibirnya—bibir yang beberapa menit lalu baru saja dicium oleh Sultan. Jadi, ia berdehem pelan dan melepaskan helmnya. "Bawa aja, besok aku jemput kamu berangkatnya," kata Sultan yang juga merasa situasi agak canggung. "Oke. Aku ... masuk dulu," ujar Desi. "Ya. Jangan sedih lagi," kata Sultan mengingatkan. Seketika, Desi dilanda malu yang lebih besar lagi. Ia sudah bersikap kekanakan dengan menangisi suami wanita lain. Ia bahkan sangat berambisi untuk mendapatkan Kavi hingga beberapa menit yang lalu. "Kak, aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan soal aku. Tapi ...