Kavi membuka mulutnya untuk memprotes. Namun, ia hanya mendengkus pada ibunya. Sungguh sial karena memang benar apa yang dikatakan ibunya itu. Ia bahkan tak tahu bagaimana mengganti popok, membuat s**u formula, memandikan bayi dan yang lain. Ditambah, kakinya yang patah membuat ruang gerak Kavi menjadi terbatas. Ia masih harus dibantu dengan dua kruk ketika berjalan. "Kamu tahu, Mama nggak mau kamu hidup susah, Kav. Kamu bisa tinggal di rumah. Kamu butuh istirahat, kamu perlu sembuh dulu. Merawat bayi kecil tidak semudah yang kamu bayangkan, lagipula kamu masih punya tanggungan kuliah," kata Anggun seraya mengusap punggung Kavi dengan lembut. "Mama melakukan ini demi kamu dan Dika." Kavi mengerjap. Ia menatap lagi ke ruangan Dika. Ia kembali merasa bersalah karena ia belum bisa menjadi a