Jofan hanya mengedip-ngedipkan kelopak ketika melihat tamu yang datang, memandang Bobby di sisi kanan. Sang psikiater hanya angkat bahu, dia pun sama sekali tak tahu apa-apa. Dia turun karena hendak sarapan, tetapi cukup takjub saat mendapati sosok familier duduk di ruang tamu. “Maaf karena datang tanpa pemberitahuan.” Kalimat ini begitu lirih disertai gerakan kepala sedikit menunduk, tetapi bukan sikap aneh tersebut yang membuat Jofan kehabisan kata. Dua tas besar di lantai membuatnya kesulitan menyimpulkan kunjungan dari ibu Roland tersebut. “Apa kamu yang memintanya datang?” tanya Bobby dengan bisikan sangat pelan mengingat Jofan bercerita tentang kejadian di pemakaman beberapa waktu lalu, “Dia akan tinggal di sini, kenapa membawa tas besar?” Jofan pun kebingungan, mereka tak memilik