22. Terbongkar.

913 Kata

"Mbak Sesil, ayo kita istirahat dulu." Bu Prapti, salah seorang buruh pemetik teh menghampiri Lara yang masih terus memetiki daun teh. Waktu telah menunjukkan pukul sebelas siang. Waktunya untuk beristirahat dan menimbang teh hasil petikan ke rumah hujan. Setelah makan siang dan beristirahat sebentar pekerjaan baru akan dilanjutkan. "Iya, Bu. Sebentar, nanggung." Lara mengisi ambul dengan beberapa pucuk daun teh lagi. Setelah ambulnya padat barulah Lara berjalan mengikuti Bu Prapti dan ibu-ibu lainnya menuruni bukit Menoreh. "Capek ya, Mbak? Harusnya Mbak memetik tehnya iseng-iseng saja. Jangan mengikuti kami yang memang mencari nafkah di sini. Mbak pasti kelenger." Bu Prapti menasehati Sesil. Ia kasihan melihat nyonya mudanya kepayahan dengan tubuh basah kuyup karena keringat. "Nggak a

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN