Dimas Pov Aku tidak tahu kalau jam-jam menuju istri mau lahiran bisa lebih menegangkan dari ujian skripsi, bahkan ujian tesis sekali pun. Aku tidak pernah merasa ‘mules’ hanya karena jantung berdebar menantikan sesuatu. Tapi kali ini benar-benar berbeda, melihat Ila berbaring miring sambil terus meremas tanganku, aku seperti ikut merasakan apa yang dia rasakan. Ilaku, wanitaku, sebentar lagi akan menjalankan fase dimana dia harus berjuang antara hidup dan mati demi kelahiran buah cinta kami. Ilaku yang biasanya terlihat kuat, hari ini hanya diam sambil sesekali meringis kesakitan. “Sakit banget, mas.” Ila kembali merengek, lalu detik berikutnya aku melihat bulir air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Andai aku bisa, pasti aku ikhlas lahir batin menggantikan posisi Ila. Tapi s